Studi Menyatakan Bahwa Remaja Dapat Menghabiskan Uang hingga Rp. 200.000 Dalam Seminggu Untuk Membeli Rokok

Sabtu, 16 Desember 2023 | 09:37
Studi Menyatakan Bahwa Remaja Dapat Menghabiskan Uang hingga Rp. 200.000 Dalam Seminggu Untuk Membeli Rokok
(Ilustrasi Rokok/ Foto: Pixabay)
Penulis: Siva Sabila | Editor: AyoBacaNews

Tangerang, Menurut penelitian Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), para remaja dapat menghabiskan uang sekitar Rp30.000 hingga Rp200.000 per minggu hanya untuk membeli rokok.

Dalam riset berjudul "Hubungan Pembelian Rokok Eceran dengan Frekuensi, Intensitas, dan Inisiasi Merokok di Kalangan Remaja; Sebuah Studi Metode Campuran di Indonesia" yang diterbitkan pada Selasa (12/12/2023), dinyatakan bahwa temuan kualitatif menunjukkan siswa sering mengalokasikan sebagian besar, kadang-kadang melebihi setengah dari uang saku mereka untuk membeli rokok eceran.

Menurunkan konsumsi tembakau di kalangan remaja Indonesia menjadi sulit karena penjualan rokok eceran, terutama yang dijual oleh pedagang informal dengan harga yang terjangkau, menjadi sebuah tantangan. Hasil kuantitatif dari riset tersebut menunjukkan bahwa pembelian rokok eceran dalam 30 hari terakhir memiliki korelasi yang signifikan dengan konsumsi lima batang rokok atau kurang per hari, serta menunjukkan tingkat ketergantungan nikotin yang lebih rendah.

Pola merokok di kalangan remaja Indonesia dapat dijelaskan sebagai pengguna rokok eceran yang mengalami tahap eksperimen dalam lima tahap kecanduan nikotin. Berdasarkan temuan kualitatif dari riset tersebut, disebutkan bahwa tujuh dari 10 siswa membeli rokok eceran saat mencoba merokok untuk pertama kalinya. Para siswa mengalokasikan setidaknya separuh uang saku mingguan mereka untuk produk tembakau, yang menariknya, jumlah pengeluaran tersebut (sekitar Rp30.000-Rp 200.000) setara dengan setengah dari pengeluaran per kapita mingguan rata-rata penduduk Indonesia pada Maret 2023.

Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa merokok merupakan akar dari berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, paru-paru kronis, stroke, kanker, dan lainnya. Prevalensi remaja yang menjadi perokok aktif di Indonesia mencapai 18,8 persen pada tahun 2019 (berdasarkan Global Youth Tobacco Survey - GYTS) dan meningkat menjadi 22,04 persen pada tahun 2022 (menurut Badan Pusat Statistik - BPS).

Selain itu, risiko penyakit akibat rokok tidak hanya berdampak pada perokok aktif, tetapi juga pada perokok pasif atau mereka yang terpapar asap rokok secara tidak langsung. Menurut Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019, sekitar 57,8 persen remaja terpapar asap rokok di rumah, dan 67,2 persen terpapar asap rokok di tempat umum yang terbuka.

#rokok
Konten Rekomendasi (Ads)