AyoBacaNews.com - Pachinko melakukan aksi perampokan perdananya pada 20 September 1977 di rumahnya di kawasan Mangga Dua.
Johny Indo dan komplotannya mempersiapkan dan mematangkan rencana mereka. Johny Indo bersama ketiga kawannya lalu keluar dari rumah dengan membawa tas berisi senapan mesin ringan Thomson.
Di pinggang Johny, terselip pistol Smith and Wesson kaliber 23. Senjata-senjata itu terisi penuh.
Geng Pachinko kemudian merampas sebuah sedan Corolla yang biasa dijadikan taksi gelap dan membuang sopirnya di daerah sekitar Bogor.
Apa dan siapa Pachinko atau Pacinko
Pachinko atau Pasukan Cina Kota adalah geng motor brutal yang melegenda sejak tahun 70-an.
Beragam perilaku kriminal telah mereka lakukan, mulai dari merampok rumah pejabat hingga merampok toko emas.
Geng Pachinko dipimpin oleh Johny Indo. Kenapa dinamakan Pachinko? Joni, anak seorang tentara, mengisahkan bahwa 70 persen anggota kelompok geng ini merupakan etnis keturunan Tionghoa.
Kawasan kota lama seperti Mangga Besar, Ampera, Pademangan, hingga Tanjung Selor atau Roxy adalah wilayah operasi geng Pachinko.
"Melihat curang antara si kaya dan si miskin, saya tergerak membuat suatu gerakan dalam kelompok, bukan geng, tapi anak-anak kampung. Saya lihat pemerintah belum mampu mensejahterakan rakyat. Ayo kita ngerampok orang kaya untuk kita bagikan ke orang miskin," ucap Johny Indo yang menceritakan tujuannya membentuk geng Pachinko seperti dikutip dari channel Youtube Sejarah Seru pada Kamis, 27 Juni 2024.
Niat awal Johny adalah ingin mengikuti jejak Si Pitung, namun salah kaprah. Dengan senjata api yang mereka miliki, geng motor ini melakukan aksi kejahatannya sampai akhirnya Johny dan gengnya ditangkap polisi pada 1979.
Mereka dituduh bertanggung jawab atas tujuh kasus perampokan toko emas di Jakarta.
Namun, di pengadilan mereka hanya mengakui lima di antaranya, yaitu toko emas di Gang Lontar, Tanah Abang, Sawah Besar, Jatinegara, dan Pasar Jangkrik yang dilakukan sekitar awal 1978 hingga 1979.
Polisi mencatat ada sekitar 16 kg emas yang digasak komplotan tersebut. Johny mengisahkan bahwa saat melakukan aksi kriminal, gengnya memiliki aturan yakni tidak boleh melukai perempuan dan tidak merampok sampai ludes.
"Di depan mata, misalnya ada uang Rp10 juta yang kita ambil Rp7 juta, sisanya yang Rp3 juta nggak kita bawa karena saya kasihan, biar dia bisa usaha lagi. Misalnya toko emas yang dipajang ada 4 kg, yang kita ambil hanya 3 kg, yang 1 kg kita pulangin. Jangan sampai habis. Benar tujuannya, saya ingin mensejahterakan rakyat dengan mengambil pajak secara tidak sah," kata Johny.
Pacinko melakukan aksi perampokan perdananya pada 20 September 1977 di rumahnya di kawasan Mangga Dua.
Johny dan komplotannya mempersiapkan dan mematangkan rencana mereka. Johny bersama ketiga kawannya lalu keluar dari rumah dengan membawa tas berisi senapan mesin ringan Thomson.
Di pinggang Joni, terselip pistol Smith and Wesson kaliber 23. Senjata-senjata itu terisi penuh.
Geng Pachinko kemudian merampas sebuah sedan Corolla yang biasa dijadikan taksi gelap dan membuang sopirnya di daerah sekitar Bogor.
Johny dan kawan-kawan kemudian menuju ke toko emas di daerah Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta.
Dia memerintahkan seorang kawannya untuk berjaga di mobil sedangkan dia dan dua kawan lainnya merangsek menyerbut toko dan segera mengancam pelayan toko dan melepaskan dua peluru.
"Angkat tangan! Jangan teriak nanti saya tembak!" Johny mengancam sambil menodong pistol ke pelayan toko.
Dua kawannya merusak etalase kaca dan menguras isi toko hingga habis. Begitu aksi perampokan selesai, mereka langsung kabur menuju Kebayoran Baru.
Begitu sampai di Kebayoran Baru, Johny memerintahkan ketiga kawannya untuk turun dan kembali ke Mangga Dua menggunakan taksi.
Mereka membawa Thomson dalam sebuah tas sementara Jonny mengamankan emas hasil perampokan.
Sedan Corolla rampasan yang sebelumnya dipakai merampok di Mangga Dua kemudian Johny tinggalkan di depan sebuah rumah.
Ia lalu berupaya menghilangkan jejaknya dan memastikan tak ada sidik jarinya pada mobil itu.
Johny lalu pulang ke Mangga Dua menaiki bus kota. Karena ini perampokan perdananya, Johny merasa cemas.
Ia takut perilaku kriminalnya diketahui anak dan istrinya. Johny lalu mengumpulkan kawan-kawannya di rumah dan menyusun rencana agar aman, agar bisa menjual 2 kg emas hasil perampokan. Emas itu lalu dibeli beberapa tukang tadah yang berbeda di Senen, Tanjung Priok, dan Jakarta Kota.
Setelah perampokan perdananya, tiga bulan kemudian Pachinko menyusun rencana perampokan toko emas lagi.
Namun, mereka dituntut untuk lebih berhati-hati karena polisi dan pemilik toko emas semakin waspada imbas kejadian perampokan sebelumnya.
Di zaman Orde Baru, tentara sering berpatroli di kawasan-kawasan perniagaan.
Karena inilah, Johny selalu mengingatkan kawan-kawannya, perampokannya harus dilakukan bertepatan dengan apel militer.
Pada perampokan kedua, 3 Januari 1978 di Roxy, Johny tidak ikut merampok dengan alasan jeda perampokan terlalu dekat dengan aksi perdana.
Hanya dua kawannya yang ikut merampok karena mereka sangat membutuhkan uang. Dua kawan Johny itu berhasil menjarah emas 4 kg.
Johny yang khawatir dengan aksi teman-temannya lalu memantau aksi perampokan itu dari jarak 50 m.
Toko emas yang menjadi target saat mengamati aksi kriminal kawan gengnya.
Kebetulan Johny melihat dua tentara yang sedang berpatroli dengan sepeda motor.
Johny segera meletupkan pistolnya ke udara sebagai tanda bahaya. Akhirnya, para perampok itu berhasil kabur dan lolos.
Johny tidak pernah membunuh siapapun ketika merampok toko emas. Keberhasilan merampok toko emas di Roxy membuat kawanan Johny Indo semakin percaya diri, tulis Gary dalam buku Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia tahun 2008.
Anggota Pachinko pun bertambah banyak sejak aksi pertama 20 September 1977 hingga awal 1979.
Keberadaan pelaku kriminal di geng motor tersebut belum terendus oleh aparat yang terus mengejar mereka.
Padahal, perampokan yang mereka lakukan telah ramai di media massa. Saat bersama keluarganya, Johny berperilaku sewajarnya saja.
Aksi kejahatannya mampu ia tutupi dengan baik. Namun, istri Johny agak heran dengan pemasukan Johny yang terlampau banyak untuk ukuran foto model.
Saat itu yang istrinya tahu, Johny yang berwajah tampan itu berprofesi sebagai bintang iklan.
Pada 19 Mei 1978, Johny syuting iklan obat batuk Brotizolam. Pada 28 Januari 1979, hari setelah merampok emas di toko emas Garuda, Johny dikontak oleh Intervista Advertising untuk menjadi bintang iklan rokok Ardath Spesial.
Namun, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya bisa jatuh juga. Meski selalu bisa meloloskan diri, akhirnya Johny mampu terendus pihak kepolisian.
Satu di antara komplotannya tertangkap ketika hendak menjual emas hasil perampokan di Berlan, Jalan Matraman Raya.
Dari kicauan kawannya itu, identitas Johny Indo sebagai pemimpin perampok pun terbongkar.
Johny sempat kabur dan buron hingga polisi menangkapnya pada 26 April 1979.
Setelah dipenjara, pada 17 Desember 1979 Pengadilan Negeri Jakarta Utara dengan hakim Bismar Siregar menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara kepada Johny atas kepemilikan senjata api.
Dan untuk kasus perampokannya, Hakim Heru Gunawan menjatuhkan 4 tahun.
Pada 31 Maret 1980, Johny menjalani takdirnya sebagai tahanan. Semula ia dipenjara di Cipinang lalu dipindahkan ke Nusakambangan.
Johny pernah berusaha melarikan diri dari penjara Nusakambangan pada Mei 1982.
Aksi pelarian itu melibatkan 34 narapidana dan Johny disebut sebagai tokoh yang memimpin pelarian tersebut.
Aksi para pelaku kriminal yang kabur itu kemudian menjadi berita hangat di masyarakat.
Dan sebagai upaya untuk menangkap kembali para penjahat itu, aparat mengumumkan ancaman agar para pelarian itu ditembak di tempat.
Foto Johny terpampang di koran dan rumah istrinya jadi sasaran penggeledahan polisi.
Tapi sebenarnya Johny masih berada di sekitar Nusakambangan. Setelah bertahan hidup 12 hari di sekitar hutan bakau, Johny akhirnya menyerahkan diri kepada aparat setempat. (*)