AyoBacaNews.com - Melanjutkan cerita sebelumnya, Belanda memikirkan strategi untuk mengendalikan pemberontakkan yang terjadi.
Mulai dari mempersulit izin, menaikkan tarif tiket kapal sampai dengan membatasi jumlah masyarakat yang ingin pergi menunaikan ibadah Haji.
Belanda benar-benar mempersulit keberangkatan Haji, termasuk dengan melihat jumlah tabungan yang harus mencukupi biaya pergi-pulang dan untuk menghidupi keluarga selama Haji.
Strategi lainnya yaitu, jamaah yang tiba di tanah air harus melakukan ujian berupa pengecekan apakah benar-benar menunaikan ibadah Haji atau tidak.
Setelah berhasil melewati seluruh proses yang sangat ketat, jamaah yang lulus ujian bisa menerima sertifikat dan gelar Haji
Termasuk memberikan baju khusus yang hanya boleh digunakan bagi orang-orang yang sudah melaksanakan Haji.
Melihat dari catatan sejarah di atas, awal mula munculnya gelar Haji sudah jelas yaitu untuk antisipasi pemberontakkan yang dilakukan oleh kelompok antikolonialisme.
Namun, seiring berjalannya waktu, pemberian gelar Haji terus melekat di masyarakat Indonesia sampai dengan saat ini.
Bahkan sampai-sampai, bagi beberapa orang merasa memiliki kebanggaan tersendiri usai menunaikan ibadah Haji dan mendapat gelar tersebut.
Jadi dapat diambil benang merah dari sejarah di atas bahwa, pemberian gelar Haji berawal dari antisipasi pemerintah Belanda untuk mengontrol para Haji yang sangat ambisi antikolonialisme yang tinggi.
Bagi Sobat Baca yang tertarik dengan fakta sejarah lainnya, silakan ikuti AyoBacaNews.com untuk mendapatkan informasi edukasi lebih lanjut.(*selesai)