AyoBacaNews.com - Gelombang pertama pemberangkatan jemaah haji Indonesia selesai dilaksanakan. Pada tahap peratam ini, jemaah melakukan perjalanan dari embarkasi di Indonesia menuju Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) di Madinah.
Proses pemberangkatan berlangsung dari tanggal 12 hingga 24 Mei 2024. Kloter pertama, yaitu Kloter 01 dari Embarkasi Jakarta – Pondok Gede (JKG-01).
Kloter tersebut menjadi yang pertama tiba di Madinah, sementara Kloter 42 dari Embarkasi Solo (SOC-42) menjadi yang terakhir.
Data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) mencatat bahwa total ada 88.987 jemaah haji reguler yang berangkat ke Madinah, tersebar dalam 229 kloter. Dari jumlah tersebut, disebutkan bahwa 14 jemaah haji meninggal dunia.
Juru Bicara Kementerian Agama, Anna Hasbie menjelaskan, penyelenggaraan haji Indonesia dapat disebut sebagai proses mobilisasi masyarakat sipil terbesar di dunia.
Dia menyoroti kompleksitas tantangan yang tinggi, yang tercermin dari keberagaman profil jemaah haji Indonesia dalam hal pendidikan, profesi, kesehatan, dan pengalaman bepergian.
Dia juga menekankan bahwa tugas para Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tidaklah mudah, tetapi mereka telah dilatih dan disiapkan untuk melayani seluruh jemaah haji Indonesia dengan baik, mengingat keragaman profil yang ada.
Dikutip ayobacanews.com dari laman resmi Kemenag RI, data mengenai profil 88.987 jemaah yang berangkat ke Madinah pada gelombang pertama menunjukkan:
a. Dari segi jenis kelamin, terdapat 39.811 jemaah laki-laki (44,7%) dan 49.176 jemaah perempuan (55,3%).
b. Mayoritas jemaah, yaitu sebanyak 87.673 orang (98,52%), belum pernah menunaikan ibadah haji sebelumnya, sementara hanya 1.314 orang (1,48%) yang sudah pernah melakukannya.
c. Mayoritas jemaah haji Indonesia yang berangkat pada gelombang pertama memiliki pendidikan SD (26.025), diikuti oleh SMA (22.541), S1 (21.593), dan SMP (10.126), serta beberapa lainnya.
d. Dari segi kesehatan, sebanyak 68.781 jemaah termasuk dalam kategori dengan risiko tinggi (77%), dengan jumlah terbanyak pada rentang usia 60 – 70 tahun (23.856) dan 50 – 60 tahun (21.641).
e. Terdapat 59 jemaah yang memiliki disabilitas, dengan 24 laki-laki dan 35 perempuan, yang mayoritas berasal dari Embarkasi Solo. Dari jumlah tersebut, 51 jemaah masuk dalam kategori risiko tinggi.
f. Sebanyak 19.375 jemaah termasuk dalam kategori lansia dengan usia 65 tahun ke atas, dengan mayoritas belum pernah menunaikan ibadah haji sebelumnya (98,75%).
Mayoritas dari mereka berada pada rentang usia 65 – 70 tahun. Terdapat juga empat jemaah dengan usia di atas 100 tahun, salah satunya adalah Mbah Harjo Mislan yang berusia 109 tahun.
Dari segi profesi, mayoritas jemaah lansia adalah petani, ibu rumah tangga, pensiunan PNS, pegawai swasta, dan pedagang. Sementara dari segi pendidikan, mayoritas adalah lulusan SD, SMA, dan SMP, namun ada juga yang sudah meraih gelar S1, S2, dan S3.
Embarkasi dengan jumlah jemaah lansia terbanyak adalah Solo/SOC, Surabaya/SUB, Jakarta-Pondok Gede/JKG, Jakarta-Bekasi/JKS, dan Makassar/UPG.
Keseluruhan profil jemaah ini menyoroti tantangan dan kompleksitas yang dihadapi oleh para petugas dalam memberikan layanan terbaik kepada jemaah haji. (*)