AyoBacaNews.com - Halo Sobat Baca, jika kamu ingin memahami nilai tukar dolar, lihatlah harga emas dalam dolar.
Saat ini, suku bunga meningkat dan dolar menguat, membuat harga emas turun. Meski begitu, pola ini menunjukkan kemungkinan pembalikan lebih cepat dari yang diperkirakan.
Dilansir dari kanal YouTube Finance Frontier pada Selasa, 24 Desember 2024, dalam 10 tahun terakhir, suku bunga Treasury AS 10 tahun menunjukkan volatilitas.
Lonjakan ini diikuti penurunan bertahap, membentuk tren lower highs dan lower lows. Pola ini mengindikasikan peluang harga emas untuk naik di masa depan.
Dampak Stimulus Ekonomi AS
Paket stimulus senilai Rp28,8 kuadriliun ($1,9 triliun), termasuk cek senilai Rp21 juta ($1.400) bagi warga AS, bertujuan mendorong konsumsi.
Namun, tingkat tabungan masyarakat masih tinggi, mencapai 15%, sehingga belanja tidak melonjak signifikan. Hal ini memengaruhi daya dorong ekonomi.
Inflasi dan Harga Emas
Saat ini, inflasi belum muncul meski suku bunga naik. Jika inflasi terjadi, harga emas kemungkinan naik seperti pola historis.
Sebaliknya, jika inflasi rendah, harga emas juga berpotensi meningkat saat suku bunga turun.
Pasokan Uang dan Dukungan Standar Emas
Pasokan uang global mencapai Rp489,6 kuadriliun ($32,3 triliun). Dengan cadangan emas resmi sebanyak 34.000 ton, harga emas perlu mencapai Rp192 juta ($12.000) per ons untuk mendukung sistem standar emas. Ini menunjukkan peluang kenaikan harga emas yang signifikan.
Sejarah Pasar Bull Emas
Pasar bull emas pertama berlangsung dari 1971-1980, dengan kenaikan 2.100%. Pasar bull kedua terjadi pada 1999-2011, menghasilkan kenaikan 670%.
Pasar bull ketiga dimulai pada 16 Desember 2015 dan menunjukkan tren kenaikan yang dapat terus berlanjut.
Harga emas menjadi indikator utama untuk memahami dinamika nilai tukar dolar dan kebijakan ekonomi global.
Dengan suku bunga dan inflasi sebagai faktor kunci, emas diprediksi terus menunjukkan potensi kenaikan dalam jangka panjang. (*)