Pemandangan Unik Desa Terapung di Atas Laut yang Tak Diakui Negara, Pemerintah Sudah 'Alergi' Gara-Gara Ini

Jumat, 02 Agustus 2024 | 06:19
Desa terapung Makoko terkenal karena arsitektur uniknya. Komunitas di sini sebagian besar dihuni oleh orang-orang Egun yang bermigrasi dari Republik Benin dan Badagari, sebuah kota yang berada di pesisir Nigeria.
Penulis: L Sundana | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com, Nigeria - Sobat Baca, kali ini kita akan mengulas tentang desa terapung Makoko. Desa tersebut terletak di Lagos, Nigeria. Dari desa itu kita bisa menilai adanya contoh luar biasa tentang bagaimana manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka. 

Dengan populasi sekitar 100.000 orang, desa ini adalah rumah bagi komunitas yang hidup di atas air, dengan bangunan yang diapit oleh laguna. 

Desa terapung Makoko terkenal karena arsitektur uniknya. Komunitas di sini sebagian besar dihuni oleh orang-orang Egun yang bermigrasi dari Republik Benin dan Badagari, sebuah kota yang berada di pesisir Nigeria. 

Umumnya, pekerjaan utama mereka adalah menangkap ikan. Desa terapung ini sudah ada sejak abad ke-19. 

Nama Makoko secara harfiah diterjemahkan dari bahasa Afrika Barat menjadi "Pik akoko". Dalam tradisi Afrika Barat, daun akoko digunakan untuk membantu kesuburan dan juga digunakan sebagai penobatan kepala suku. Saat ini, daun Makoko tumbuh subur di Afrika.

Rumah-rumah yang ada di desa ini terbuat dari kayu dan bambu; atap-atap rumah terbuat dari seng, dan ada pula yang terbuat dari rumbia. 

Rumah berdiri di atas tiang-tiang panjang yang tertanam di dasar air. Bangunan ini dirancang dengan sangat hati-hati untuk menahan beban dan menghadapi tantangan alam serta perubahan air pasang yang umum terjadi di daerah ini. 

Meskipun struktur bangunan tampak sederhana, rumah-rumah di sini mampu menjadi pelindung dari panas dan hujan selama bertahun-tahun. 

Desa Makoko juga dikenal sebagai daerah yang kumuh dan kotor. Banyak sampah mengapung di sekitaran rumah. 

Selain itu, kualitas air di sini juga sangat buruk dan cenderung berwarna hitam gelap. 

Perkampungan kumuh ini awalnya hanya digunakan untuk mencari ikan, namun berkembang menjadi tempat tinggal generasi nelayan dari negara tetangga yang terus berdatangan.

Pemerintah setempat sebenarnya tidak mengakui perkampungan ini. Hal ini disebabkan warga di sini adalah orang-orang pendatang dari wilayah lain. 

Selain itu, desa terapung ini juga terkenal sangat kotor dan tercemar. Pada tahun 2012, pemerintah negara bagian Lagos mengumumkan rencana untuk menghancurkan daerah kumuh tersebut dan memberikan pemberitahuan penggusuran selama 72 jam kepada penduduk. 

Struktur panggung di komunitas nelayan menimbulkan risiko keamanan dan merusak status kota serta keindahan kota itu. 

Pemerintah datang dengan polisi dan tentara untuk mengevakuasi masyarakat dan menghancurkan rumah mereka. 

Tokoh masyarakat bernama Timo Hanpoyanwa ditembak mati oleh polisi, yang membuat pihak berwenang menghentikan proses penggusuran.

Salah satu aspek menarik dari desa terapung Makoko adalah adanya sistem transportasi yang unik. 

Penduduk desa menggunakan perahu kayu sebagai sarana transportasi untuk mereka, baik untuk berdagang, bersekolah, atau sekadar berkeliling. 

Perahu-perahu ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka. Ini menciptakan pemandangan yang memukau, di mana kita dapat melihat jaringan kanal yang rumit yang menghubungkan rumah-rumah terapung satu sama lain.

Desa ini memiliki tradisi dan kebiasaan yang khas, termasuk seni kerajinan tangan dan musik tradisional. 

Meskipun kondisi yang dihadapi penduduk Makoko cukup sulit, mereka memiliki sistem sosial dan ekonomi yang mandiri. 

Sebagai nelayan dan tukang kayu, ini menjadi mata pencaharian utama bagi banyak penduduk desa terapung. Makoko telah menarik perhatian dunia internasional. 

Banyak wisatawan dan jurnalis datang ke sana untuk melihat kehidupan unik yang ada di desa ini. 

Beberapa proyek dan inisiatif juga telah dilakukan untuk membantu komunitas ini. Hingga saat ini, desa terapung Makoko masih berdiri, namun mereka hidup di bawah bayang-bayang ancaman penggusuran. 

Beberapa tahun terakhir, pihak berwenang di Nigeria telah memulai penghancuran dengan alasan masalah keselamatan dan keamanan, serta rencana pemerintah untuk menciptakan tempat tinggal perkotaan yang mewah di dekat wilayah tersebut. (*)

Konten Rekomendasi (Ads)