Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sultan B Najamudin, menanggapi situasi ini dengan menekankan pentingnya menjadikan fenomena geopolitik sebagai momentum untuk mewujudkan kemandirian ekonomi nasional.
"Dampak eskalasi geopolitik sangat berpengaruh pada gangguan rantai pasok dan keluarnya investasi asing. Maka seharusnya gejolak geo-politik memiliki makna penting bagi wacana kemandirian energi dan pangan nasional," ujarnya.
Sultan menegaskan bahwa meskipun ketergantungan pada asing tidak dapat dihindari sepenuhnya, upaya untuk meningkatkan produksi bahan baku strategis di dalam negeri harus dilakukan. "Produktivitas pangan khususnya beras juga daging dan tentunya bio-energi sebagai substitusi BBM harus menjadi prioritas utama pembangunan ekonomi nasional ke depan," katanya.
Potensi pertanian Indonesia sebagai negara agraris sangatlah besar, yang menjadi modal penting bagi pengembangan biofuel dan ketahanan pangan nasional. "Kami berharap kerentanan rupiah akibat fenomena geopolitik saat ini menjadi pertimbangan penting bagi pemerintahan yang baru nanti dalam menyusun rencana dan strategi pembangunan nasional lima tahun ke depan," tambah Senator Sultan.
Lebih lanjut, Sultan berharap agar pemerintah memiliki strategi khusus dalam memitigasi dampak eskalasi geopolitik di beberapa kawasan dunia saat ini. "Dalam situasi seperti ini penerimaan negara non pajak melalui ekspor komoditas menjadi krusial bagi APBN agar pemerintah mampu mempersiapkan tambahan subsidi BBM bagi masyarakat. Oleh karena itu serangkaian kebijakan ekspor termasuk kebijakan DHE harus disesuaikan secara proporsional," tandasnya.