Prodi KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung gelar pelatihan peningkatan profesionalisme public speaking. Nugie Al Afgani, Founder Easy to Speak, dan Moh. Anas Arifuddin membahas powerful voice, smiling voice, intonasi, aksentuasi, eye contact, serta penguasaan audiens.
AyoBacaNews.com, BANDUNG - Mahasiswa S2 Jurusan KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung dibekali pelatihan peningkatan SDM tentang profesionalisme public speaking pada Kamis, 28 November 2024.
Hadir dalam pelatihan Ketua Prodi Magister KPI Pascasarjana UIN SGD Bandung Dr.Hj. Lilis Satriah, M.Pd dan juga Sekretaris Prodi Dr.H.Imron Rosyidi, M.Si.
Kegiatan yang diiukti puluhan mahasiswa S2 KPI ini dibuka Wadir I Pascasarjana UIN Bandung, Prof Dr. H. Ajid Tahir, M.Ag.
Program Prodi KPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini digelar untuk mendukung pengembangan kompetensi mahasiswa di bidang komunikasi.
Pelatihan bertajuk "Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Public Speaking bagi Mahasiswa" ini menghadirkan dua pemateri yang ahli di bidang public speaking, yaitu Nugie Al Afgani, S.Sos, Founder Easy to Speak, dan Moh. Anas Arifuddin, S.Sos, Profesional Coach Public Speaker.
Membangun Kepercayaan Diri dan Profesionalisme
Dalam pemaparannya, Nugie Al Afgani berbagi pengalaman dan metode efektif dalam membangun kepercayaan diri saat berbicara di depan umum.
Pendiri Easy to Speak ini menekankan pentingnya latihan rutin dan penggunaan teknik komunikasi yang tepat.
“Public speaking bukan hanya tentang berbicara, tetapi bagaimana kita menyampaikan pesan dengan cara yang memikat dan berdampak. Semua orang bisa menjadi pembicara hebat, asalkan memiliki tekad untuk terus belajar dan berlatih,” ungkapnya.
Public Speaking dari Nugie Al Afgani, S.Sos juga memberikan tips untuk maksimalkan teknik komunikasi.
Teknik ini dirancang untuk membantu pembicara menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan berdampak. Berikut adalah poin-poin yang disampaikan Nugie:
1. Powerful Voice
Suara yang kuat mencerminkan kepercayaan diri. Nugie menyarankan agar pembicara mampu melatih pernapasan diafragma untuk menghasilkan suara yang bertenaga.
Kemudian mampu mengontrol volume suara agar terdengar jelas dan tidak monoton.
Lalu bisa menggunakan intonasi yang bervariasi untuk menekankan pesan penting.
"Suara yang kuat bukan berarti harus berteriak, tetapi mampu menciptakan resonansi dan energi yang dirasakan audiens," ujar Nugie.
2. Smiling Voice
Kemudian Nugie mengatakan, nada suara yang terdengar ramah dan hangat dapat membuat audiens merasa nyaman.
"Senyum saat berbicara, meskipun hanya terdengar lewat suara, dapat memengaruhi persepsi audiens," katanya.
Hindari nada yang terdengar datar atau terlalu serius untuk menjaga kesan positif.
“Senyum saat berbicara tidak hanya terlihat, tapi juga bisa dirasakan oleh audiens melalui intonasi Anda,” jelasnya.
3. Intonasi dan Aksentuasi
Mengatur intonasi dan aksentuasi adalah kunci untuk membuat audiens tetap fokus. Disarankan bisa memberikan penekanan (aksentuasi) pada kata-kata kunci untuk mempertegas pesan utama.
Hindari berbicara dengan nada yang monoton; gunakan perubahan nada untuk menarik perhatian.
"Intonasi yang dinamis mencerminkan keterlibatan emosional Anda terhadap apa yang disampaikan," kata Nugie.
4. Eye Contact
Menjaga kontak mata dengan audiens adalah cara terbaik untuk membangun koneksi. Lalu lakukan kontak mata secara bergantian ke berbagai bagian ruangan.
"Jangan terlalu fokus pada satu orang atau terlalu lama menatap catatan. Dengan menjaga kontak mata, Anda menunjukkan bahwa Anda hadir sepenuhnya untuk audiens, dan itu membuat mereka merasa dihargai," tambah Nugie.
Dengan menguasai teknik powerful voice, smiling voice, intonasi dan aksentuasi, serta eye contact, akan dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan menciptakan presentasi yang berkesan.
Nugie Al Afgani menekankan pentingnya latihan rutin untuk memastikan teknik ini menjadi bagian dari gaya komunikasi Anda sehari-hari.
Sementara itu, Moh. Anas Arifuddin membahas strategi meningkatkan profesionalisme dalam public speaking, termasuk penguasaan bahasa tubuh, intonasi suara, dan teknik storytelling. Ia juga memberikan tips menghadapi audiens yang beragam.
“Komunikasi adalah seni. Seorang pembicara profesional harus mampu membaca audiensnya dan menyampaikan materi dengan cara yang relevan. Dengan begitu, pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima,” ujarnya. (*)