Komunikasi profetik dalam Islam menekankan keadilan dan keberpihakan pada kelompok mustadh'afin yang tertindas. Konsep ini terkait dengan dhu'afa' yang disebut Al-Qur'an serta peran nabi dalam membela hak dan melawan penindasan melalui proses hijrah demi keadilan.
KOMUNIKASI profetik adalah komunikasi untuk keadilan, berpihak pada mustadh'afin atau orang yang dilemahkan.
Konsep ini terhubung dengan dhu'afa', hijrah, dan peran nabi dalam membela kelompok tertindas, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran.
Komunikasi profetik adalah komunikasi yang bertujuan mencapai keadilan, karena keadilan itu, menurut Alquran, sangat dekat dengan ketakwaan.
Satu di antara konsep penting yang bisa menggantikan teori-teori Barat, seperti proletariat atau kelas ekonomi lemah, adalah konsep mustadh'afin atau orang-orang yang dilemahkan.
Ini menjadi kunci dalam memahami komunikasi profetik yang berorientasi pada keadilan.
Apa itu mustadh'afin dan apa keistimewaannya dalam Islam?
Dua istilah dalam Alquran untuk menyebut orang lemah:
Dhu'afa': orang lemah karena faktor internal.
Mustadh'afin: orang yang dilemahkan secara sengaja oleh faktor eksternal, seperti penindasan atau kezaliman.
Dhu'afa' disebut sebanyak 39 kali dalam Al-Qur'an, sedangkan mustadh'afin disebut 12 kali. Lawan dari mustadh'afin adalah mutakabbir (orang yang sombong).
Bagaimana Al-Qur'an menggambarkan dhu'afa' dan mustadh'afin?
Dalam Surah Al-Ghafir ayat 47 dan Surah As-Saba ayat 31-33, dhu'afa' adalah mereka yang amat lemah, bahkan di akhirat mereka masih menyalahkan para pemimpin atas keadaan mereka.
Mustadh'afin berbeda, karena mereka sadar bahwa kelemahan mereka adalah hasil penindasan oleh para penguasa dan mereka memprotes keadaan itu.
Keistimewaan mustadh'afin dalam Islam
Nabi selalu hadir untuk menyelamatkan kelompok yang tertindas.
Kenabian selalu terhubung dengan pembelaan terhadap mustadh'afin, seperti yang terlihat dalam peristiwa hijrah.
Surah An-Nisa ayat 75 menjelaskan pentingnya membela kelompok mustadh'afin:
"Mengapa kamu sekalian tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang dilemahkan, baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdoa, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang zalim ini.'"
Oleh karena itu, komunikasi profetik harus berpihak pada mustadh'afin sebagai bentuk keberpihakan terhadap keadilan.
Disclaimer: Sudut Pandang adalah komitmen AyoBacaNews.com memuat opini atas berbagai hal. Tulisan Sudut Pandang bukan produk jurnalistik, melainkan opini pribadi penulis. Penulis Rizki Laelani adalah mahasiswa S2 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).