AyoBacaNews.com, Jakarta - Jika melihat acara-acara besar yang sering dilakukan masyarakat golongan menengah atas, selalu menyajikan makan-makanan mewah dan mahal.
Bukan itu saja, banyak makanan mewah dan mahal justru tersisa banyak dan akhirnya dibuang.
Jelas hal itu jelas kontras dengan apa yang terjadi di masyarakat bawah, dimana untuk sekali makan dalam sehari saja sangat kesulitan. Apalagi menyisakan makanan yang yang sebagian orang menyebutnya mubazir.
Gambaran itu rupanya tak diketahui anak buah Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang meminta rakyat tidak boros pangan.
Ucapan anak buah Jokowo ini membuat PDIP meradang. Apa yang dicanangkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dengan menggalakkan program stop boros pangan tidak relevan.
Hal itu memantik komentar keras dari Politisi Senior PDIP, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin.
Politisi Sunda yang dulu dalam 9 tahun terakhir sangat intim dengan Jokowi dan pemerintahan ini, kini bicara lantang dengan mengatakan tak ada kaitannya antara larangan boro pangan dengan impor beras yang memang sering dilakukan rezmin saat ini.
Dia mengkritisi secara tegas apa yang disarankan Bapanas kepada rakyat Indonesia. Alasan rakyat jangan boros pangan, tak akan bisa mengurangi impor beras.
TB Hasanuddin mengatakan kepada anak buah Jokowi untuk jangan asal bicara karena hal tersebut tidak sesuai keadaan di lapangan.
"Jangan asal bicara, karena ini tak sesuai dengan keadaan di lapangan," kata legislator PDI Perjuangan ini, kepada wartawan Rabu, 31 Juli 2024.
Tegas dikatakannya, apa yang dilakukan Bapanas sangat menyakiti hati rakyat kecil, mengingat kebiasaan boros makan atau berlebih itu dilakukan oleh sebagian kelompok menengah atas.
Jangankan mau boros makanan, kata TB Hasanuddin, untuk mencari makan satu piring dalam sehari saja, rakyat kecil di daerah sangat kesulitan.
"Sementara mayoritas rakyat Indonesia hidup dengan keterbatasan, bahkan miskin. Mereka harus berjuang hidup untuk makan. Untuk bisa makan tiga kali sehari saja belum tentu, boro-boro mau boros," ujarnya.
Apa yang disarankan Bapanas tentang program stop boros pangan dengan impor beras, katanya, tidak relevan jauh panggang dari api.
"Saya setuju dengan anjuran tidak boros pangan. Tapi urusan import beras harus di buktikan dulu secara langsung dengan makan boros. Kenapa impor beras tidak dihubungkan dengan produksi beras yang semakin rendah di dalam negeri? Buatlah pernyataan yang berkualitas, jangan asal asalan," pungkasnya.
Seperti diketahui, jika Bapanas akan menggelar kampanya stop boros pangan pada 2025 mendatang. Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy mengatakan, saat ini jumlah pangan yang terbuang sejatinya untuk memberi makan hingga 125 juta jiwa.
"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) maupun data dunia, pangan yang terbuang itu kurang lebih sekitar 30 persen dan ini setara dengan memberikan makan kepada 60 sampai 125 juta jiwa," katanya belum lama ini. (*)