Jika Dibandingkan dengan Sayuran, Konsumsi Lebih Banyak Buah Dapat Turunkan Risiko Depresi di Usia Tua

Senin, 12 Agustus 2024 | 11:20
Jika Dibandingkan dengan Sayuran, Konsumsi Lebih Banyak Buah Dapat Turunkan Risiko Depresi di Usia Tua
KONSUMSI BUAH TURUNKAN DEPRESI - Ilustrasi buah-buahan segar. Menurut studi, konsumsi buah lebih banyak dapat turunkan depresi di usia tua. (Foto: Freepik).
Penulis: Pipin L H | Editor: Pipin L H

AyoBacaNews.com, Singapura - Sebuah studi pada The Journal of Nutrition, Health and Aging menunjukkan, orang-orang di usia paruh baya yang makan lebih banyak buah memiliki tingkat depresi yang lebih rendah.

Seperti dilansir dari laman Health, pada Senin, 12 Agustus 2024, studi longitudinal di Singapura ini melacak hampir 14.000 partisipan selama lebih dari 20 tahun.

Bagi mereka yang mengonsumsi buah paling banyak (sedikitnya tiga porsi per hari), dapat mengurangi kemungkinan depresi terkait usia setidaknya sebesar 21 persen.

"Studi di seluruh dunia telah memperkirakan, prevalensi gejala depresi di usia lanjut berkisar antara 17,1 persen hingga 34,4 persen. Dan di antara mereka yang memiliki gejala depresi ringan atau subklinis, 8-10 persen dapat bertransisi menjadi depresi berat setiap tahun," kata penulis studi senior sekaligus profesor di Program Penelitian Translasional Umur Panjang yang Sehat, Universitas Nasional Singapura, Woon Puay Koh, MBBS, PhD.

Adapun buah-buahan yang dimaksud merupakan 14 pilihan khusus yang umum dikonsumsi di Singapura, di antaranya jeruk, jeruk keprok, pepaya, pisang, dan semangka yang secara khusus dikaitkan dengan penurunan resiko depresi.

Untuk alasan pasti mengapa makan lebih banyak buah di usia 40-an atau 50-an dapat tingkatkan kesehatan mental di usia tua tidak jelas, menurut Woon Puay Koh, tetapi banyak yang mungkin berperan.

"Karena buah-buahan pada umumnya mengandung antioksidan, dan zat gizi mikro anti-inflamasi tingkat tinggi, seperti vitamin C, karotenoid, dan flavonoid. Zat gizi ini terbukti mengurangi stres oksidatif, dan menghambat proses inflamasi dalam tubuh," kata Koh.

Bahkan, ia meyakini jika ini merupakan penjelasan yang paling mungkin untuk temuan pada penelitian tersebut.


Sayuran tidak berdampak

Sementara itu, untuk sayuran yang juga ikut dievaluasi dalam penelitian ini, ternyata tidak memiliki dampak yang dapat diamati pada depresi di kemudian hari. Sebuat temuan ini disebut mengejutkan para peneliti.

Padahal, sayuran merupakan sumber senyawa antioksidan yang kaya. Metode persiapannya yang umum dapat mengurangi dampak anti-inflamasinya.

"Buah-buahan biasanya dimakan mentah sebagai camilan sepanjang hari. Sedangkan sayuran biasanya dimasak untuk makan," kata Koh.

"Memasak diketahui sebagai proses yang dapat mengubah bioavailabilitas, dan aktivitas nutrisi dalam sayuran. Dengan demikian, membatasi efek perlindungan nutrisi ini terhadap depresi," sambungnya.

Meski ada temuan penelitian yang menarik tentang konsumsi buah di usia paruh baya, Koh mengatakan, itu tidak berarti usia paruh baya adalah waktu terbaik untuk makan lebih banyak buah.

Menurut studi lainnya, menemukan manfaat memasukkan buah dalam pola makan yang dikaitkan dengan kesehatan mental, lebih baik pada anak-anak dan kaum muda.

Bagi kebanyakan orang dewasa, tiga hingga empat porsi buah per hari atau (1,5 hingga 2 cangkir) sudah cukup.

Konsumsi buah-buahan tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti sakit perut.

"Pesan yang ingin disampaikan bukan untuk meminta orang mengganti sayur dengan buah. Tetapi, untuk mengonsumsi buah sebagai camilan setelah makan atau di sela waktu makan (lebih baik), alih-alih makanan penutup yang manis, camilan gurih, dan makanan olahan," katanya. (*)

Konten Rekomendasi (Ads)