AyoBacaNews.Com, Bandung- Di tengah derasnya arus digital, platform sosial media kini bersaing ketat menjadi lahan para konten kreator untuk menambang cuan.
Namun, baru-baru ini, muncul sebuah fenomena mengejutkan: “Facebook Pro mulai ditinggalkan para konten kreatornya”.
Banyak yang bertanya-tanya, kenapa Facebook Pro sepi peminat? Apakah sistem monetisasi makin sulit? Apa benar kreator beralih ke TikTok dan YouTube?
Fakta ini bukan sekadar isu. Di berbagai forum, grup diskusi, bahkan komentar netizen, topik ini sedang panas-panasnya diperbincangkan.
Banyak yang merasa syarat monetisasi makin membingungkan, sistemnya tidak transparan, dan akhirnya memilih angkat kaki dari platform yang dulu digadang-gadang menjadi lumbung emas digital.
Jika kamu seorang konten kreator atau sedang mempertimbangkan untuk terjun ke dunia digital sebagaimana yang dibahass oleh @Andra_jn dalam kanal youtubenya!
- Sistem Monetisasi 2025 Makin Rumit
Di awal kemunculannya, Facebook Pro cukup ramah bagi kreator. Syarat monetisasi jelas: jumlah follower dan jam tayang. Namun di tahun 2025, sistem berubah drastis. Monetisasi kini berbasis undangan, bukan lagi berdasarkan statistik.
Sayangnya, tidak ada transparansi mengenai siapa yang layak diundang. Banyak akun dengan konten aktif dan interaksi tinggi, tapi tak kunjung dapat fitur monetisasi. Sebaliknya, akun biasa-biasa saja justru mendapat undangan.
- Kreator Merasa Frustasi dan Jenuh
Tak sedikit kreator yang mengaku sudah rutin membuat konten, menjaga engagement, tapi hasilnya nihil. Rasa putus asa membuat mereka mulai menjajaki platform lain seperti TikTok, YouTube Shorts, bahkan aplikasi baru yang sedang naik daun.
- Isu Facebook Pro Akan Dihapus?
Beredar isu bahwa Facebook Pro akan dihapus atau dikembalikan ke mode awal. Meski belum resmi, ketidakpastian ini membuat kreator makin ragu untuk melanjutkan. Namun sebenarnya, bukan itu alasan utama para kreator pergi—melainkan karena tidak ada kejelasan sistem monetisasi dan reward.
- Facebook Tetap Bisa Menghasilkan, Tapi Butuh Kesabaran
Tidak semua kreator menyerah. Ada juga yang tetap bertahan karena sudah terbiasa dengan naik-turunnya sistem Facebook. Bagi mereka, Facebook adalah peluang jangka panjang, bukan sekadar cuan instan.
- Kreator Kini Pakai Strategi Multi Platform
Tren terbaru: upload konten ke banyak platform sekaligus. Konten yang sama diunggah ke TikTok, YouTube Shorts, bahkan Weful dan Instagram Reels. Jadi, mereka tak menggantungkan penghasilan dari satu platform saja.
Fenomena Facebook Pro ditinggalkan para kreator adalah cermin bahwa ekosistem digital terus berubah cepat. Kreator dituntut adaptif, tidak hanya mengandalkan satu platform.
Meski monetisasi Facebook saat ini makin membingungkan, bukan berarti peluang sudah habis.
Jika kamu konsisten, sabar, dan kreatif, peluang masih terbuka lebar. Tapi jika hanya berorientasi pada cuan cepat, kamu akan mudah kecewa.
Jadi, bijaklah memilih platform, kembangkan personal branding, dan jangan letakkan semua telur dalam satu keranjang.