AyoBacaNews.com - Sobat Baca, kalian mungkin masih percaya perihal merajalelanya Cina di negeri ini.
Karena itu, dalam ulasan kali ini, disajikan sejumlah fakta terkait gurita Cina di negeri Indonesia.
Pengakuan Presiden Kamar Dagang Cina
Pengakuan Presiden Kamar Dagang Cina di Indonesia, Gong Bencai, sepertinya sudah cukup untuk membungkam pernyataan-pernyataan bahwa isu kuasa Cina di negeri ini tidak benar.
Pasalnya, Gong Bencai, dilansir dari channel Youtube Sisi Dunia, sudah sesumbar bahwa ada sekitar 1.000 perusahaan Cina yang beraktivitas di Indonesia.
Gong Bencai mengatakan, negeri kaya Indonesia memang merupakan salah satu destinasi utama investasi perusahaan Cina.
Terbukti dari 1.000 perusahaan Cina yang ada di Indonesia, 50 persen di antaranya beroperasi di Pulau Jawa. Sekali lagi, ini merupakan pernyataan Presiden Kamar Dagang Cina di Indonesia, Gong Bencai.
Bidang yang Dikuasai Cina
Masih dari data yang dibeberkan oleh Presiden Kamar Dagang Cina di Indonesia, Gong Bencai, katanya ke depan perusahaan-perusahaan Cina juga akan berusaha memenuhi kebutuhan Indonesia dalam bidang infrastruktur, logistik, pembangkit tenaga listrik, serta aspek seperti air dan pangan.
Tapi saat ini, sekitar 17 persen perusahaan Cina sudah mengabdi untuk negeri Indonesia di bidang konstruksi, 15 persen di bidang pertambangan, dan 13 persen di bidang kelistrikan.
Gong Bencai berasumsi perusahaan asal Negeri Tirai Bambu di Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa yang pernah dijajah bangsa lain selama 3,5 abad ini.
Manfaat investasi Cina itu, kata Presiden Kamar Dagang Cina di Indonesia, antara lain meningkatkan tenaga kerja lokal, melakukan alih teknologi dan keahlian, menanamkan modal di industri bernilai tambah, hingga meningkatkan pertukaran budaya antara kedua negara. Kalian merasakan manfaat ini, kan?
Investasi yang Lebih Besar
Apa yang ada di kepala kalian kalau mendengar nama Luhut Binsar Panjaitan? Meikarta-kah atau reklamasi Teluk Jakarta?
Atau mungkin pernyataan kalau Indonesia rugi membeli saham Freeport Indonesia karena sudah akan habis kontraknya di tahun 2021?
Ya, Jenderal Purnawirawan yang beberapa kali pindah posisi menteri di kabinet ini dengan kebaikan hatinya mengajak Cina untuk berinvestasi lebih besar di Indonesia.
Hal ini ia sampaikan dalam acara seminar "5 Tahun Kerja Sama Strategis dan Komprehensif Indonesia-Tiongkok" yang digelar di Jakarta, November 2, 2018 lalu.
Saat itu hadir Presiden Kamar Dagang Cina di Indonesia, Gong Bencai, dan Duta Besar RR Chik Xia Kian.
Luhut menyatakan investasi Cina akan lebih baik karena Indonesia sedang dalam peningkatan peringkat kemudahan dalam berbisnis.
Terlebih, kata Luhut, Indonesia adalah pasar potensial yang sangat besar dan pemerintahan pada saat ini juga telah dan sedang berfokus kepada pembangunan infrastruktur yang progresif.
Investasi Listrik
Dari awal pemerintahan Joko Widodo, memang sudah mencanangkan program 35.000 MW listrik untuk negeri ini.
Banyak yang mencibir hal ini tidak mungkin. Ya, realisasi proyek seperti ini memang tidak mungkin bila dikerjakan oleh PLN sendiri. Karena itu, perlu investasi atau menggandeng pihak lain.
Nah, untuk itulah beberapa perusahaan asal Cina sudah mengambil bagian. Faktanya, dilansir dari laman katadata.com, dari proyek 35.000 MW, PLN hanya ambil bagian 11.200 MW, sementara untuk yang non-PLN dapat jatah 26.600 MW.
Sekadar informasi, target kapasitas memang naik dari 35.000 MW menjadi 37.800 MW.
Keluhan Kontraktor Indonesia
Laman indop.co.id menggambarkan, April 2018 lalu, sekitar 50.000 anggota Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (Gapensi) terancam bangkrut.
Ini karena proyek pembangunan konstruksi yang dikerjakan hanya oleh BUMN, sementara untuk pengadaan bahan bangunannya diimpor dari Cina dan Rusia.
Karena itu, proyek-proyek pembangunan infrastruktur dinilai tidak berdampak signifikan bagi industri bahan bangunan tanah air.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Konstruksi dan Infrastruktur, saat itu, Erwin Aksa, juga mengeluhkan masifnya tenaga kerja asal Cina yang masuk di Indonesia.
Erwin juga mencontohkan banyaknya desain bangunan yang dikerjakan oleh Cina, padahal orang Indonesia juga bisa melakukan itu.
Peningkatan Impor
Sejak Januari hingga Mei 2018, Negeri Tirai Bambu telah menguasai 27,87 persen atau setara dengan nilai 18.363,3 juta dolar Amerika Serikat dari total impor nonmigas Indonesia.
Angka ini menunjukkan adanya peningkatan persentase impor sebesar 18,62 persen dibandingkan periode Januari hingga Mei 2017 lalu.
Bahkan dikutip dari Badan Pusat Statistik, peningkatan impor Cina mencapai 29,68 persen.
Untuk Mei 2018 lalu saja, nilai impor dari Cina sudah mencapai 4.448,2 juta dolar Amerika Serikat.
Alhasil, total perdagangan kedua negara yang sangat mesra ini telah mencapai 63,3 miliar dolar Amerika Serikat pada tahun 2018.
Data dari BPS menyebutkan impor bawang putih dari Tiongkok mencapai 61,34 juta dolar pada April 2018, naik dibandingkan Maret 2018 yang mencapai 22,85 juta dolar Amerika Serikat. Sementara untuk impor pakaian jadi meningkat 64,3 persen menjadi 36,3 juta dolar pada April 2018.
Tenaga Kerja Asing
Kita sering kali disuguhkan berita-berita tentang besarnya jumlah tenaga kerja Cina di Indonesia. Kabar ini juga sudah bejibun bantahannya.
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri saat itu, tidak menampik keberadaan tenaga asing dari Cina.
Ia menyebut jumlah tenaga kerja asing di Indonesia dari tahun 2015 hingga 2017 berturut-turut adalah 77.149, 80.375, dan 85.947 orang, dan mayoritasnya berasal dari Cina.
Data yang dirilis pemerintah menyebutkan dari tahun 2015 ke 2016 terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja asing di Indonesia sebesar 4,18 persen.
Dari tahun 2016 hingga 2017 mengalami kenaikan sebesar 6,93 persen. Sehingga dari tahun 2015 sampai akhir 2017, peningkatan jumlah TKA yang masuk ke Indonesia mencapai 11,40 persen.
Tapi ini berdasarkan data tenaga kerja legal. Sayangnya, fakta menunjukkan banyak sekali tenaga kerja asal Cina yang ilegal dan terjaring dalam razia kependudukan.
Seperti yang ditemukan keimigrasian di tahun 2016, terdapat 207 kasus tenaga kerja asing ilegal asal Cina.
Mega Proyek Kereta Cepat
Salah satu fakta kekuasaan Negeri Tirai Bambu di Indonesia adalah mega proyek kereta cepat antara Jakarta dan Bandung.
Proyek ini telah diserahkan kepada China Railway Corporation (CRC) setelah pada April 2018 lalu, Menteri BUMN Rini Soemarno saat itu bertandang ke Negeri Tirai Bambu untuk memastikan pengambilalihan mega proyek kereta cepat itu.
Pengambilalihan karena sebelumnya mega proyek sepanjang 143 km itu dikerjakan oleh anak negeri ini, tapi karena orang Indonesia dianggap tidak mampu, akhirnya pengerjaan itu dihentikan dan Rini Soemarno jauh-jauh ke Cina untuk menyerahkan proyek itu ke CRC.
Hal ini sebagaimana dilansir dari laman detik.com. Ya, saat ini negeri kita yang kaya ini memang sedang gencar dalam percepatan pembangunan infrastruktur.
Proyek CRC Lainnya
China Railway Corporation (CRC) merupakan perusahaan negara semacam BUMN di Cina yang memang dikenal sebagai perusahaan raksasa dalam konstruksi.
CRC berdiri sejak 19 Januari 1950, tapi baru berdiri sebagai perusahaan pada Maret 2013.
Perusahaan asal Cina ini jugalah yang akan mengerjakan pembangunan sejumlah terowongan di negeri ini.
Ini merupakan prestasi yang dibawa pulang Menteri BUMN Rini Soemarno sepulang dari Beijing. CRC akan membangun terowongan Walini di Bandung Barat.
Tidak hanya itu, CRC juga berencana membangun transit oriented development di kawasan Halim Perdana Kusuma. Proyek-proyek ini akan dikerjakan langsung oleh para tenaga ahli yang dibawa langsung oleh China Railway Corporation dari Cina.
Siapapun Presidennya yang Terpenting Cina
Kalau kalian berpikiran bahwa kuasa Cina akan berakhir jika Presiden Joko Widodo dan antek-anteknya lengser, mungkin itu keliru.
Pasalnya, kontrak yang sudah ditandatangani sejak 2015 berlangsung bertahun-tahun.
Presiden 2024 terpilih, Prabowo Subianto mengakui bahwa Cina merupakan negara yang sangat penting bagi Indonesia.
Prabowo mengatakan bahwa Indonesia harus meningkatkan hubungan dalam tingkat yang lebih baik dan saling membantu dengan Cina.
Hal ini disampaikan Prabowo saat ia menghadiri perhelatan hari kemerdekaan ke-69 Cina yang digelar di ballroom Shangri-La Hotel, Jakarta, September 2018 lalu. (*)