BPS Sebut Impor Kurma Terbesar Indonesia Bukan dari Israel

Jumat, 15 Maret 2024 | 15:58
BPS Sebut Impor Kurma Terbesar Indonesia Bukan dari Israel
BUAH KURMA - Ilustrasi kurma makanan saat buka puasa. BPS menyebutkan impor kurma Indonesia bukan dari Israel. (Ilustrasi/Freepik/artbutenkov).
Penulis: Pipin L H | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, bahwa impor kurma terbesar Indonesia berasal dari Tunisia, dan tidak ada yang datang dari Israel.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, Indonesia tidak melakukan impor kurma dari Israel.

Sepanjang Januari-Februari 2024, Indonesia melakukan impor kurma dari Tunisia mencapai 29,66 persen.

Disusul kemudian oleh Mesir 28,35 persen, Iran 9,3 persen, Arab Saudi 8,62 persen, dan lainnya 24,07 persen.

"Tidak ada impor kurma yang berasal dari Israel, karena dari data BPS menunjukkan impor kurma terbesar kita dari Tunisia, Mesir, Iran dan Arab Saudi," kata Amalia, pada Jumat 15 Maret 2024.

Ia menyebutkan, bahwa menjelang Ramadan terjadi kenaikan impor pada komoditas kurma, baik secara nilai maupun volume.

Nilai impor kurma pada Februari 2024 tercatat 17,81 juta dolar AS atau naik 25,77 persen dibanding bulan sebelumnya, yang sebesar 13,66 juta dolar AS.

Secara volume impor kurma tercatat 11, 24 ribu ton atau naik 51,28 persen dibanding Januari 2024, yang tercatat 7,43 ribu ton.

Menurut Amalia, impor Februari 2024 ini masih lebih rendah dibanding dengan bulan yang sama tahun sebelum, yang mencapai 12,79 ribu ton.

"Memang dibanding tahun sebelumnya, impor kurma ini masih relatif lebih rendah," katanya.

Sementara itu, BPS menyebut, impor pada Februari 2024 mencapai 18,44 miliar dolar AS, mengalami penurunan 0,29 persen secara bulanan, tetapi mengalami peningkatan 15,84 persen secara tahunan.

Sedangkan nilai ekspor Indonesia mencapai 19,31 miliar dolar AS, mengalami penurunan 5,79 persen secara bulanan, dan 9,45 persen secara tahunan.

Penurunan nilai ekspor secara bulanan dan tahunan utamanya disumbang oleh penurunan nilai ekspor sektor industri pengolahan.

Indonesia mengalami kembali surplus neraca perdagangan sebesar 0,87 miliar dolar AS, yang memperpanjang catatan beruntun menjadi 46 bulan. (*)

Konten Rekomendasi (Ads)