AyoBacaNews.com - Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan, bahwa sangat penting seseorang untuk memperhatikan total asupan kalori ketika makan bila ingin menurunkan berat badan menjadi ideal.
Dalam studi yang diterbitkan Annals of Internal Medicine, pada Selasa, 23 April 2024, seperti dilansir dari Medical Daily, ditemukan bahwa penurunan berat badan akibat makan dengan batasan waktu hampir identik dengan penghitungan kalori tradisional.
Studi ini menemukan, bahwa jumlah total kalori yang dikonsumsi sepanjang hari lebih penting dibandingkan jumlah kalori yang dikonsumsi.
Makan dengan batasan waktu atau yang dikenal sebagai puasa intermiten merupakan pendekatan diet yang berpusat pada waktu makan, bukan pelacakan kalori.
Metode ini melibatkan siklus antara periode puasa dan makan. Dengan aturan populer, seperti metode puasa selama 16 jam, dan makan selama jendela delapan jam atau periode puasa 14 jam diikuti dengan 10 jam.
Selain penurunan berat badan, penelitian ini menunjukkan bahwa berkaitan erat dengan peningkatan kesehatan jantung, obesitas, dan diabetes.
Kemudian, para peneliti dari Universitas Johns Hopkins menggunakan uji coba terkontrol secara acak, yang melibatkan 41 peserta dengan obesitas dan prediabetes.
Para peserta dialokasikan ke jendela makan dengan batasan waktu 10 jam atau kelompok yang mengikuti penghitungan kalori untuk studi terbarunya.
Total kebutuhan kalori diperkirakan pada awal penelitian berdasarkan riwayat peserta, dan tingkat aktivitas serta kalori yang sama disediakan untuk semua peserta selama penelitian.
Kedua kelompok mengkonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi dan total kalori yang sama.
Sementara peserta dalam kelompok penghitungan kalori makan antara jam 8 pagi hingga tengah malam, dengan mayoritas asupan kalori pada malam hari.
Peserta dalam kelompok penghitungan kalori makan antara jam 8 pagi hingga 6 sore, dan mengonsumsi sebagian besar kalori mereka sebelum jam 1 siang setiap hari.
Dan setelah tiga bulan, para peneliti mengevaluasi peserta untuk mengukur penurunan berat badan, perubahan kadar glukosa puasa, lingkar pinggang, tekanan darah, dan kadar lipid.
Mereka kemudian mencatat, bahwa tidak ada perbedaan hasil yang signifikan antara kedua kelompok tersebut.
“Pada pola makan isocaloric, TRE (time-restricted feeding) tidak menurunkan berat badan atau memperbaiki homeostasis glukosa dibandingkan dengan UEP, hal ini menunjukkan bahwa efek TRE pada berat badan pada penelitian sebelumnya mungkin disebabkan oleh pengurangan asupan kalori,” ujar para peneliti.
Hasilnya menunjukkan, bahwa setiap penurunan berat badan yang diamati dengan pembatasan waktu makan mungkin sebabkan, setidaknya sebagian penurunan konsumsi kalori secara keseluruhan.(*)