AyoBacaNews.com - Sangat mengejutkan. Ada 51 juta pemilih mengaku pernah ditawari bantuan sosial alias bansos sebelum pemilihan Rabu, 14 Februaru 2024 berlangsung.
Angka 51 juta pemilih ditawari bansos ini muncul dari hasil survei pada 14 Februari 2024.
Mengutip dari publikasi survei Litbang Kompas, hasil survei pascapencoblosan atau exit poll memperlihatkan, ada seperlima bagian publik (20,3 persen).
Dari angka itu semua mengaku pernah ditawari bansos pada saat sebulan sebelum dilakukan pencoblosan.
Mereka yang mengaku ditawari bansos kebanyakan ditawrai sembako maupun uang, oleh tim sukses dari parpol ataupun capres.
Melihat dari angka persentase itu, yakni seperlima bagian responden adalah proporsi yang sangat besar jika diproporsikan total pemilih 204 juta, yaitu sekitar 51 juta orang.
Melihat data yang ada, angka tersebut hampir sama seperti jumlah penerima bansos secara faktual dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Di antaranya tercatat jika penerima Program Keluarga Harapan 9,9 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
Kemudian penerima Kartu Sembako untuk 18,7 juta KPM, serta bantuan langsung tunai (BLT) El Nino untuk 18,6 juta KPM.
Jika dikalkulasi, dari empat yang ditawari ada tiga yang menerima dan satu menolak bansos.
Kemudian jika dilihat dari latar belakang pilihan capres, alasan responden menolak penawaran bansos terbailang bervariasi.
Pemilih Anies menolak bansos
Ada 4,5 persen pemilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo-Gibran yang menolak bansos.
Kemudian angka lebih tinggi yakni 8 persen pemilih Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menolak bansos.
Jika melihat hasil survei pascapencoblosan yang menyatakan menerima bansos, komposisinya berdasarkan latar belakang pilihan capres tidak menunjukkan perbedaan signifikan.
Ada 15 persen responden mengaku ditawari dan menerima bansos tersebut. Dari sana terlihat jikia proporsi penerima bansos relatif sama di antara ketiga kelompok responden pemilih capres-cawapres.
menilik hasil tersebut, artinya bansos tak menjadi faktor pengubah elektabilitas capres-cawapres.
Gimik bansos jitu
Peneliti senior Litbang Kompas Toto Suryaningtyas mengatakan, bansos berpotensi memperkuat pertumbuhan elektabilitas capres Prabowo saat sudah dideklarasikannya Gibran, sekitar November 2023 hingga 14 Februari 2024.
Angka itu sesuai dengan lonjakan elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran dalam sebulan terakhir sebelum pencoblosan.
Tampak kelas peningkatan terjadi dan cukup tinggi dari angka pada bulan Agustus 2023.
Disebutkan, sejak era pandemi hingga Agustus 2023, bansos tidak begitu mendongkrak elektabilitas Prabowo sebagai capres.
Kemudian lonjakan benar-benar terjadi secara drastis ketika Prabowo berpasangan secara resmi dengan Gibran pada 22 Oktober 2023.
Sejak Oktober 2023 hingga 11 Februari 2024, strategi guyuran bansos dengan berbagai ”gimik”, seperti kenaikan bertahap uang lauk pauk TNI, termasuk materi kampanye ”makan siang gratis” cukup jitu.
Dari kalkulias langkah politik itu akhirnya membentuk elektabilitas Prabowo-Gibran sangat tinggi, lebih dari 58 persen di quick count sehingga diprediksi menang dalam satu putaran. (*)