Bandung Lautan Api atau Bandung Lautan HIV? Ini Datanya

Selasa, 02 Januari 2024 | 23:13
Bandung Lautan Api atau Bandung Lautan HIV? Ini Datanya
(Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam Cabang Bandung:foto/@lkmi.bandung)
Penulis: Zikri Resa Hasrian* | Editor: AyoBacaNews

Bandung, Jawa Barat merupakan provinsi yang terletak di pulau jawa Indonesia, Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia dengan jumlah 49,4 juta jiwa pada tahun 2022. Kota Bandung merupakan ibukota provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan julukan kota kembang. Menurut data BPS Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk paling tinggi di provinsi Jawa Barat pada tahun 2022. Kota Bandung juga di isi oleh kelompok usia produktif sekitar 20-24 tahun yang tertinggi dari usia lainnya. Berdasarkan jurnal Universitas Indonesia.

Usia 40 tahun merupakan salah satu faktor yang sangat berisiko untuk terkena penyakit HIV/AIDS.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit. HIV merupakan penyakit seumur hidup, virus HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Sampai saat ini penyakit HIV belum ditemukan metode pengobatan terhadap penyakit ini, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan dari virus ini dan hanya dapat meningkatkan harapan hidup serta menurunkan gejala dari penderita.

Beberapa cara penularan HIV bisa melalui cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, cairan sperma, dan air susu ibu. Darah bisa menular melalui penggunaan jarum suntik dengan bergantian pada kalangan pengguna jarum suntik. HIV juga bisa tertular melalui transfuse darah yang tidak melalui uji saring terlebih dahulu. Cairan reproduksi seperti sperma dan vagina juga bisa menularkan HIV melalui hubungan seksual yang berisiko tanpa penggunaan kondom. 

HIV juga dapat ditularkan oleh ibu hamil yang memiliki riwayat HIV kepada janin mulai dari hamil, melahirkan, hingga menyusui.

Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya kejadian HIV di Indonesia seperti jeniskelamin laki-laki, usia dibawah 40 tahun atau usia produktif, status menikah seperti usia pertama menikah dibawah 20 tahun, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pengetahuan yang rendah, riwayat konsumsi alkohol, dan pasangan seksual yang lebih dari satu. Gejala HIV bervariasi tergantung pada stadium infeksinya, diawal individu yang terinfeksi HIV tidak menimbulkan gejala yang mencolok, namun gejala-gejala yang berat akan terjadi pada stadium lebih lanjut. Terdapat tiga fase perjalanan virus HIV di dalam tubuh, yaitu Fase 1 : masa jendela (window period), Fase 2 : infeksi HIV tanpa gejala atau latensi klinis hingga gejala ringan, dan Fase 3 : masa AIDS.

Kementrian kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah kasus HIV di Indonesia diproyeksikan mencapai 515.455 kasus selama Januari-September 2023. Dari total tersebut 454.723 kasus atau 88% sudah terkonfirmasi oleh penderitanya atau orang dengan HIV. Di Indonesia. Berdasarkan data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) di Oktober 2023, kasus HIV di Jawa Barat dari Januari hingga Oktober 2023, kasus HIV tercatat 7.383 kasus dalam periode Januari - September. Dari data SIHA, kota bandung merupakan wilayah tertinggi kasus HIV, dengan 747 kasus.

Implementasi penanggulangan penularan HIV/AIDS masih terdapat masalah dalam beberapa aspek. Selama ini, program aksi yang dilakukan oleh Indonesia masih dilakukan secara tidak konsisten sehingga hasil masih belum dirasakan. Program aksi HIV/AIDS juga belum target oriented yang artinya program perlu dilaksanakan berdasarkan sasaran kelompok yang jelas dan terhadap perilaku risiko dari kelompok tersebut. Pemerintah sulit dalam mempertimbangkan anggaran yang sesuai bagi penanggulangan HIV/AIDS sehingga dana menjadi terbatas. Kebijakan penanggulangan HIV selama ini masih jauh dari harapan dikarenakan hanya dilihat sebagai masalah pada sector kesehatan saja dan bagi sector non kesehatan itu bukan menjadi masalah. Masalah lain yaitu masih terbatasnya saran dan prasarana seperti ruang rehabilitasi bagi ODHA sebagai tempat untuk mengembalikan kehidupan yang baik secara ekonomi maupun sosial.

Dengan tingginya kasus HIV di kota bandung bisa disebabkan oleh beberapa faktor :

  1. Edukasi yang di lakukan oleh pemerintah kota bandung yang kurang komprehensif
  2. Edukasi yang di lakukan oleh pemerintah kota bandung sangat kurang tepat sasaran
  3. Edukasi yang dilakukan oleh pemerintah kota bandung ketika memberikan edukasi selalu mengeluarkan narasi narasi medis yang susah di cerna oleh masyarakat banyak
  4. Tingginya harga metode pengecekan HIV yang di tarifkan oleh pemerintah.

 

*Zikri Resa Hasrian (Direktur Utama LKMI Cabang Bandung)

Konten Rekomendasi (Ads)