Asal-usul Kue Keranjang yang Identik dengan Tahun Baru Imlek

Kamis, 08 Februari 2024 | 15:01
Asal-usul Kue Keranjang yang Identik dengan Tahun Baru Imlek
Ilustrasi lampion saat perayaan Imlek - Tahun baru Imlek biasanya identik dengan kehadiran kue keranjang, simak asal-usulnya. (Pixabay)
Penulis: Pipin Lukmanul Hakim | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com - Perayaan hari Imlek atau Tahun Baru China jatuh pada Sabtu, 10/2. Terdapat makanan khas Imlek satu di antaranya kue keranjang.

Memiliki nama asli Nian Gao atau Ni-Kwe (Ti-Kwee), rasanya manis dan teksturnya legit membuat masyarakat suka dengan makanan tersebut.

Kue keranjang disebut juga kue tahunan. Hal ini, karena kue tersebut hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek.

Kue ini berbahan dasar tepung ketan dan gula, serta memiliki tekstur yang kenyal dan lengket saat disantap.

Nian Gao mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek.

San puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).

Dipercaya pada awalnya kue ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga.

Selain bentuknya yang bulat dan bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu, serta rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.

Di Tiongkok, terdapat kebiasaan saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi.

Hal tersebut diyakini sebagai suatu penghargaan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.

Kue keranjang kerap disusun tinggi atau bertingkat. Semakin ke atas makin mengecil kuenya, sehingga diberi makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran.

Pada zaman dahulu, banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah.

Biasanya, kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkuk berwarna merah di bagian atasnya.

Ini merupakan sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak, dan mekar seperti kue mangkok.

Kue yang terbuat dari beras ketan dan gula tersebut dapat bertahan lama atau disimpan lama.

Bahkan dengan dijemur menjadikan kue tersebut keras seperti batu dan awet tahan lama. Sebelum menjadi keras, kue ini dapat disajikan langsung.

Namun, setelah keras dapat diolah terlebih dahulu dengan digoreng menggunakan tepung dan telur ayam.

Dapat juga dijadikan sebagai bubur dengan cara dikukus, lalu ditambahkan bumbu-bumbu kesukaan masing-masing.

Konten Rekomendasi (Ads)