Apa Itu Hipersomnia? Kenali Gejala, Tipe dan Dampak Buruknya

Kamis, 22 Agustus 2024 | 14:32
Apa Itu Hipersomnia? Kenali Gejala, Tipe dan Dampak Buruknya
KONDISI HIPERSOMNIA JANGAN DIANGGAP SEPELE - Ilustrasi perempuan tidur. Berikut gejala hingga dampak bahayanya. (Foto: Freepik).
Penulis: Pipin L H | Editor: Pipin L H

AyoBacaNews.com - Kondisi hobi tidur yang mungkin terkesan sepele, bisa jadi berkaitan dengan gangguan tidur hipersomnia.

Waktu tidur ideal sejatinya sekitar tujuh hingga sembilan jam setiap malam untuk orang dewasa.

Tetapi, penderita hipersomnia mungkin bisa tidur lebih dari 11 jam sehari, dan bahkan tetap merasa lelah serta tidak segar.

Hipersomnia merupakan kondisi saat seseorang mengalami rasa kantuk berlebihan, terutama pada siang hari.

Seperti dilansir dari laman Healthline, pada Kamis, 22 Agustus 2024, mereka yang mengalami hipersomnia juga dapat tertidur secara berlebih pada malam hari.

Kondisi hipersomnia dapat memengaruhi suasana hati dan kognisi. Gejala yang umum terjadi, meliputi gampang marah, kecemasan, rasa kantuk atau kelelahan yang terus menerus, kesulitan berpikir atau berbicara, kesulitan mengingat, serta merasa gelisah.

Selain rasa lelah dan kantuk yang kronis, hipersomnia juga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Mereka yang mengalami hipersomnia kerap kali mengalami kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, hubungan pribadi, atau kewajiban sosial lainnya.

Tipe hipersomnia

Kondisi ini terbagi dua tipe. Pertama hipersomnia prime, mencakup kondisi seperti narkolepsi, hipersomnia idiopatik, dan sindrom Kleine-Levin.

Kedua, hipersomnia sekunder kondisi ini disebabkan kondisi medis yang mendasari, penggunaan obat-obatan atau penggunaan zat, atau bahkan sindrom tidur yang tidak memadai.

Akibatnya, solusi pengobatan untuk hipersomnia dapat bervariasi. Langkah-langkah dasar dapat mencakup mematuhi waktu tidur teratur, dan menghindari zat-zat seperti alkohol yang dapat memengaruhi tidur serta kognisi.

Untuk orang dengan hipersomnia sekunder, menargetkan kondisi kesehatan yang mendasari adalah tujuan utama.

Tetapi, orang dengan hipersomnia primer mungkin merasa lega dengan mengikuti rencana perawatan yang sama seperti untuk narkolepsi.

Meski hipersomnia tidak secara langsung terkait dengan risiko kesehatan yang merugikan, seperti hipertensi atau diabetes maupun insomnia kronis. Hipersomnia tetap berpotensi melemahkan.

Pasalnya, seseorang yang mengalami kantuk berlebihan secara terus-menerus, akan mengalami gangguan kognitif yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Dampaknya bisa dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari karir hingga hubungan pribadi.

Bahkan, rasa kantuk kronis bisa meningkatkan risiko kecelakaan, seperti saat mengemudi, serta memperbesar kemungkinan tergelincir atau jatuh. (*)

Konten Rekomendasi (Ads)