Apa Itu Hilah 'Senjata' yang Sering Dipakai Orang Cerdas dan Cerdik, Dikenal Sangat Membahayakan

Senin, 26 Februari 2024 | 10:07
Apa Itu Hilah 'Senjata' yang Sering Dipakai Orang Cerdas dan Cerdik, Dikenal Sangat Membahayakan
LICIK CERDAS - Hilal adalah satu sifat yang sangat membayakan. Dia memiliki kecerdasan dan kecerdikan yang bisa merusak syariat.
Penulis: Rizki L Sundana | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com - Syariah akan membawa rahmat bagi seluruh alam (QS. Al Anbiya: 107). Bahkan dalam tahap keimanan tertentu, menjadi penyembuh dan petunjuk bagi orang-orang beriman (QS. Yunus: 57). 

Lebih dari itu, Syariah tidak akan membawa kesulitan (QS. Al Maidah: 6). Syariah memiliki tujuan suci untuk mengatur kehidupan umat manusia dengan adil dan harmonis. 

Akan tetapi, di tengah upaya menjaga murninya syariat, muncul ancaman yang tak kalah serius, yaitu hilah.

Kata “hilah” sendiri berasal dari al-ihtiyal yang berarti tipu muslihat. Meskipun Imam al-Syatibi memberikan arti hilah sebagai kecerdasan atau kecerdikan, namun umumnya kata ini membawa konotasi negatif. 

Dalam konteks istilah syariat, hilah merujuk pada segala bentuk kelicikan yang dapat mengantarkan kepada tujuan tersembunyi. 

Dikutip dari akun resmi muhammadiyah.or.id berjudul Mengenal Hilah, Tipu Daya yang Bertujuan Merusak Syariat, mayoritas ulama sepakat, hilah menjadi sesuatu yang dilarang. Alasannya adalah memiliki potensi merusak tujuan suci dari syariat itu sendiri.

Dalam arti lain, secara sederhananya, hilah bisa dipahami sebagai memanfaatkan perbuatan yang benar, namun dalam rangka mewujudkan tujuan yang salah. 

Inilah yang membuat hilah menjadi praktik yang dihindari dalam konteks syariat. Umat Islam perlu memahami bahwa praktik hilah membawa risiko besar terhadap keaslian dan integritas syariat.

Al-Qur’an menyoroti perbuatan hilah dalam beberapa ayat. Salah satunya terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 9, yang menggambarkan orang-orang yang berpura-pura beriman kepada Allah Swt. 

Menyembunyikan kekufuran

Ayat ini memberikan gambaran tentang praktik hilah yang dilakukan oleh orang-orang yang dengan sengaja menyembunyikan kekufuran mereka di balik tirai kepalsuan iman.

Satu di antara contoh nyata ialah praktik hilah yang sengaja dilakukan untuk menghindari kewajiban membayar zakat harta dalam jangka waktu satu tahun (masa haul). 

Hal ini dilakukan dengan menukarkan atau menjual harta yang akan dikenai zakat, lalu menggunakan uangnya untuk membeli barang serupa atau yang lainnya semata-mata karena rasa takut terhadap kewajiban zakat.

Tindakan tersebut mencerminkan bagaimana hilah digunakan untuk mengelak dari tanggung jawab yang seharusnya dipenuhi oleh setiap Muslim. 

Orang kreatif

Dalam kasus ini, hilah tidak hanya menunjukkan kreativitas dalam mencari solusi, tetapi juga menciptakan kesempatan untuk memanipulasi dan menyalahgunakan prinsip-prinsip syariat.

Tindakan menyusun strategi agar zakat tidak dibayar tepat waktu dan bahkan diubah bentuknya menjadi transaksi lain tidak hanya merugikan dari segi finansial, tetapi juga membawa dampak moral yang serius. 

Hilah bukan hanya sebagai taktik keuangan yang licik, melainkan juga sebagai bentuk tindakan yang didorong oleh nafsu. 

Masyarakat yang terbiasa menggunakan hilah untuk menghindari kewajiban agama dapat terjerumus dalam perilaku egois dan serakah.

Dengan demikian, hilah menciptakan dua aspek yang merugikan: pertama, mengubah dan memanfaatkan syariat yang seharusnya menjadi pedoman moral; dan kedua, menjadikan syariat sebagai sarana untuk memenuhi hawa nafsu yang dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan. (*)

Konten Rekomendasi (Ads)