Anak Buah Jokowi Ngeluh Utang Negara Tembus Rp 8.502,69 Triliun Selalu Disorot Masyarakat

Jumat, 30 Agustus 2024 | 08:22
Anak Buah Jokowi Ngeluh Utang Negara Tembus Rp 8.502,69 Triliun Selalu Disorot Masyarakat
Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Sri Mulyani Indrawati mengeluh lantaran uang negara yang tembus Rp 8.502,69 triliun per Juli (2024) selalu disorot masyarakat. @jokowi
Penulis: L Sundana | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com, Jakarta - Anak buah Joko Widodo alias Jokowi, Sri Mulyani Indrawati mengeluh lantaran uang negara yang tembus Rp 8.502,69 triliun per Juli (2024) selalu disorot masyarakat.

Bahkan kata dia ada kebiasaan masyarakat yang kaget setengah mati saat tahu utang negara yang sebetulnya mencapai 38,68% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman.

Dengan kondisi tersebut, Menteri Keuangan Era SBY dan Jokowi ini menilai, jika pandangan uang negara saat ini kerap dilihat dari sudut pandang atau perspektif politik. 

Sri Mulyani lantas meminta masyarakat tidak khawatir berlebihan karena pemerintah selama ini mengelolanya dengan sangat hati-hati.

"Masyarakat Indonesia terbiasa terus-menerus melihat utang itu lebih pada nominalnya. Ya memang ada distorsi dari sisi political perspektif versus dari sisi teknokrasi pengelolaan utang Indonesia," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI pada Rabu, 28 Agustus 2024.

Dijelaskan, SBN adalah instrumen investasi dan moneter Bank Indonesia (BI) untuk menjaga likuiditas keuangan. 

Kemudian, kata dia lanjut menjelaskan, sda satu masa tertentu di mana BI dan pemerintah sepakat bahwa BI akan menggunakan SBN.

"Dalam negara di mana bond marketnya sudah cukup dalam dan likuid, maka kita menerbitkan SBN cukup banyak untuk sebagai instrumen moneter. Kalau kemudian disebutkan 'jumlah utang pemerintah termasuk SBN', padahal SBN itu revolve 1 tahun, orang itu bisa agak histeris gitu melihatnya. Padahal itu adalah sesuatu lebih kepada instrumen dari sisi treasury likuiditas," jelas Sri Mulyani.

"Kalau untuk Indonesia yang sekarang ini masih di 38-39%, kita itu sebetulnya lebih fokus membuat pasar obligasi kita makin dalam dan makin likuid sehingga cost issuance dan beban utang bisa ditekan, bukan kepada masalah angkanya gede," tambahnya.

 

Konten Rekomendasi (Ads)