AyoBacaNews.com - Festival Kue Bulan adalah salah satu tradisi paling terkenal yang dirayakan setiap tahun di berbagai negara Asia, terutama Tiongkok.
Biasanya, perayaan ini diadakan saat bulan purnama pada pertengahan musim gugur.
Festival ini sudah ada lebih dari 3000 tahun dan diwarnai dengan legenda, mitos, serta cerita sejarah yang menarik.
Dilansir dari kanal YouTube Aurel Val dengan judul video "Mitologi China - Asal Mula Kue Bulan" pada Senin, 20 Januari 2025.
Kue Bulan pertama kali muncul pada masa Dinasti Yuan (1271-1368). Pada saat itu, Tiongkok dikuasai oleh bangsa Mongol, yang memerintah dengan sangat keras.
Ketidakpuasan rakyat membuat pemberontakan terjadi, yang dipimpin oleh seorang pemimpin bernama Zhu Yuanzhang, yang kemudian mendirikan Dinasti Ming.
Saat itu, pemberontakan akan dilakukan pada malam Festival Bulan Purnama.
Namun, untuk menghindari kecurigaan pasukan Mongol, para pemimpin pemberontak menyembunyikan pesan penting dalam kue bulan.
Catatan mengenai waktu pemberontakan disembunyikan dalam kue tersebut, dan dikirimkan kepada para pendukung mereka.
Taktik ini terbukti berhasil, dan akhirnya Dinasti Ming berdiri menggantikan Dinasti Yuan. Sejak itu, tradisi makan kue bulan dilakukan setiap tahunnya untuk memperingati kemenangan tersebut.
Selain sejarah, festival ini juga dikaitkan dengan mitos yang sangat populer di masyarakat Tiongkok. Salah satu mitos yang paling dikenal adalah kisah Chang’e, Dewi Bulan.
Konon, di masa lalu bumi dikelilingi oleh sepuluh matahari yang terbit bersamaan, menyebabkan bumi sangat panas dan hampir tidak bisa dihuni.
Seorang pemanah hebat bernama Hou Yi berhasil menembak sembilan matahari, meninggalkan satu matahari untuk menyinari bumi.
Karena keberaniannya, Hou Yi dihormati oleh rakyat. Namun, ketika dia menerima obat keabadian dari seorang dewa, dia memutuskan untuk memberikannya kepada istrinya, Chang’e, karena dia tak ingin meninggalkan istrinya seorang diri.
Namun, pengkhianat bernama Hou Wen mencuri obat tersebut dan memaksanya untuk memberikannya padanya.
Chang’e yang panik menelan obat tersebut dan segera terbang ke bulan, di mana dia berubah menjadi Dewi Bulan.
Di bulan, Chang’e tidak sendirian. Ia ditemani oleh seekor kelinci giok yang dikenal setia menemani Dewi Bulan. Kelinci ini juga dianggap sebagai simbol kesetiaan dan keberuntungan.
Di Tiongkok, Festival Kue Bulan bukan hanya sekadar tradisi makan kue bulat, tetapi juga waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Pada malam festival, orang-orang menyiapkan meja altar dengan kue bulan, buah-buahan, dan makanan lainnya sebagai persembahan untuk Chang’e dan bulan purnama.
Banyak keluarga juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menceritakan kembali legenda Chang’e dan mengharapkan kedamaian serta keberuntungan di tahun mendatang.
Kue bulan sendiri berbentuk bulat, melambangkan kesatuan keluarga dan bulan purnama yang indah.
Kue ini umumnya berisi pasta kacang merah, kacang hijau, atau isian lainnya seperti cokelat atau durian.
Di beberapa daerah, kue bulan juga dihias dengan gambar-gambar yang melambangkan Dewi Chang’e atau simbol keberuntungan.(*)