DILEMATIS. Kata yang tepat menggambarkan kondisi terikini satu klub sepakbola tanah air yang menjadi juara di musim lalu, Persib Bandung.
Dengan ragam capaian yang ditorehkan klub berjuluk "Maung Bandung" membuat seluruh mata pecinta sepakbola Tanah Pasundan tertuju kepada penampilan Maung Bandung musim ini.
Mulai mengawali musim dengan catatan belum terkalahkan, sampai pertandingan ketujuh Liga 1 hingga tampil di kompetisi Asia mewakili Indonesia membuat Manajemen Persib harus mampu mempersiapkan infrastruktur dan suprastruktur yang mendukung Persib terus berada di tren positif.
Tentu pencapaian Persib hingga hari ini tidak luput dari dukungan supporter yang dikenal dengan sebutan Bobotoh.
Mereka dengan sumberdaya yang ada terus memberikan dukungan dengan langsung datang ke stadion maupun melalui layar televisi.
Namun, di tengah capaian klub yang luar biasa, muncul insiden-insiden yang menutupi capaian Persib itu sendiri.
Mulanya berawal dari insiden yang terjadi pada pertandingan internasional Persib di AFC Liga 2 menghadapi klub asal Thailand, Port FC.
Saat itu, setelah selesai pertandingan ada beberapa Bobotoh meluapkan kekecewaaanya terhadap penampilan Persib.
Meski bermain di kandang sendiri, namun Maung Bandung mendapat hasil akhir negatif.
Persib dengan permainan pemain pelapis, harus memberikan tiga poin kepada klub lawan yang datang ke Stadion Si Jalak Harupat.
Pertama, satu Bobotoh yang secara ekspresif meluapkan kekesalannya diciduk atas "perintah" orang manajemen.
Steward (kemanan) yang mendapat arahan dari satu orang manajemen klub, langung membawa Bobotoh ke area tunnel dan locker room pemain yang seharusnya bersih dari siapapun yang tak berkepentingan
Di sana cerita adanya dugaan intimadisai secara fisik muncul. Disebut ada beberapa pemain dan tim pelatih, official yang diduga melakukan kekerasan, meski hingga saat ini belum terbukti.
Kedua, terdapat insiden yang membuat kondisi semakin memanas ketika menyeruak dugaan adanya pelecehan satu steward kepada satu Bobotoh perempuan.
Dua insiden tersebut memicu terjadinya unjuk rasa besar yang dilakukan berbagai kelompok Bobotoh.
Mereka secara bergelombang mencoba merangsek markas Persib, namun sukurnya tertahan di depan Graha Persib.
Beberapa perwakilan Manajemen Persib yang saat itu mencoba meredam aksi Bobotoh menjanjikan menuntaskan dugaan dua kasus tersebut.
Dirasa belum puas dengan upaya manajemen, puncaknya tragedi paling memilukan dan memalukan adanya aksi Bobotoh usai pertandingan Persib kontra Persija di Liga 1.
Dalam jumlah banyak Bobotoh berhasil mengacau dengan merangsek ke dalam lapangan.
Mereka membabi buta memburu dan mengeroyok sejumlah steward yang bertugas.
Tindakan ini merupakan bentuk protes lanjutan karena manajemen dinilai lambat dalam menuntuskan insiden yang sebelumnya terjadi.
Insiden-insiden memalukan dan memilukan tersebut tentu bukan sepenuhnya kesalahan Bobotoh dan Manajemen Persib.
Setelah PT LIB turun tangan dan adanya keseriusan Manajemen Persib mengusut tuntas insiden yang terjadi, baru disumpulkan jika tindakan satu orang Manajemen Persib yang memberi instruksi menarik satu Bobotoh ke area tunnel dan locker room merupakan pelanggaran regulasi.
Kemudian dugaan adanya pelecehan verbal oleh steward merupakan bentuk tidak professional dalam bekerja hingga Bobotoh masuk ke lapangan dan melakukan pemulukan terhadap steward juga merupakan tindakan salah dan melanggar hukum.
Kedian demi kejadian yang dialamai Persib dan Bobotoh ini akhirnya memunculkan pertanyaan warung kopi.
“Kenapa manajemen melakukan tindakan seperti itu? Katanya klub yang ingin modern tapi manajemennya tidak paham regulasi"
Jawaban dari pertanyaan tersebut tentunya tertuang di dalam manual kompteisi Liga 1 ada beberapa poin.
Pertama, keamanan pertandingan, manajemen klub harus bertanggung jawab untuk dapat memastikan keamanan pada saat sebelum, saat berlangsung, dan sesudah pertandingan agar suporter tidak melakukan tindakan yang merugikan.
Kedua, manajemen harus dapat melakukan pencegahan kerusuhan dengan melakukan tindakan-tindakan preventif, mulai dari kampanye perdamaian atau peringatan aturan dan regulasi pertandingan.
Tanggung jawab manajemen klub terhadap supporter untuk melakukan keamanan pertandingan, pencegahan kerusuhan dan edukasi supporter.
Tanggung jawab tersebut harus bisa dijalankan seluruh jajaran manajemen untuk mencegah kerusuhan atau tindakan yang mungkin dilakukan oleh suporter secara humanis.
Ketiga, melalukan edukasi suporter. Manajemen Persib harus proaktif mengdukasi mengenai aturan pertandingan, fair play dan dampak negatif atas perilaku tidak tertib, seperti pelemparan benda, flare bahkan invasi lapangan.
“Lalu kenapa steward yang bertugas itu berasal dari elemen organisasi masyarakat?”
Tanpa mendiskreditkan organisasi masyarakat (ormas) yang berkerjasama dengan manajemen untuk bertugas di area lapangan maupun tribun, tetapi sudah sewajarnya untuk menuju sepakbola modern, agar tidak terulang kejadian seperti kemarin dan tragedi Kanjuruhan.
Menurut Guide to Safet at Sports Grounds mendifinisikan steward merupakan seseorang yang meraih sertifikat level 2 dalam spectator safety (atau yang setara) atau sedang menjalani pelatihan dan penilaian untuk mencapai kualifikasi.
Dengan seperti itu sudah seharusnya steward itu harus bekerja secara professional.
Sebab semua steward harus dalam kondisi yang bugar dan aktif, memliki karakter dan tempramen yang dewasa, menunjukkan keterampilan interpersonal.
Sudah seharusnya dengan kondisi apapun emosi seorang steward menjadi pertaruhan agar tidak ikut terprovokasi oleh supporter hingga akhirnya membuat insiden-insiden yang tidak diinginkan.
“Kenapa kalo manajemen ingin modern tapi tiket dipersulit? Bukannya modernisasi itu mempermudah segalanya”
Transformasi manajemen dalam membuat ekosistem sepakbola modern harus diapresiasi.
Sebab Indonesia khsusunya Bandung yang hampir seluruh masyarakatnya merupakan penikmat sepakbola, sudah seharusnya melakukan perbaikan, satu di antaranya sistem dalam pembelian tiket.
Persoalan yang hadir setiap tahunnya ialah ‘calo’, calo yang sudah menjadi tradisi dalam konotasi kurang baik harus dihilangkan dengan sistem tiket yang menggunakan teknologi.
Sistem tiket berbasiskan teknologi sudah mulai dilakukan Manajemen Persib Bandung.
Tetapi teknologi sesuai pada prinsipnya harusnya memudahkan bukan mempersulit.
Realitas di lapangan berkata lain, pembelian tiket untuk pertandingan Persib sangatlah sulit.
Hal ini mempertegas, jika manajemen seharusnya menyediakan sistem menghilangkan calo dan mempermudah pembelian hingga proses masuk ke stadion.
Terlepas dari semua insiden yang terjadi dalam dua pertandingan Persib Bandung, ada hal yang harus diperhatikan manajemen.
Sebab Persib merupakan klub yang berdiri atas sejarah panjang, di mana keterlibatan suporter sangat berpengaruh terhadap perkembangan Persib itu sendiri.
Secara nilai, pasti semua pihak akan bersepakat sepakbola Indonesia khsusunya klub kebanggaan warga Jawa Barat harus terus bertransformasi untuk menjadi klub yang modern.
Oleh karena itu manjemen sudah seharusnya dalam mentransformasikan klub besar ini tidak meninggalkan nilai-nilai tradisi yang sudah terbangun sejak zaman kakek nenek kita.
Pengembangan klub harus dipadukan dengan tradisi yang sudah terbangun sehingga ruang terhadap Bobotoh harus tetap ada dan diberikan porsi yang cukup besar dalam membangun klub sesuai dengan identitas selayaknya suporter pada umumnya. (*)
Disclaimer: Sudut Pandang adalah komitmen AyoBacaNews.com memuat opini atas berbagai hal. Tulisan Sudut Pandang bukan produk jurnalistik, melainkan opini pribadi penulis.