Politisi Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago menyebut endorse dalam politik adalah hal wajar, termasuk di Amerika Serikat. Ia mencontohkan Trump yang mengendorse Elon Musk. Menurut Irma, kekalahan koalisi lebih disebabkan strategi, bukan endorse.
AyoBacaNews.com, JAKARTA - Terkait endorse politik, Politisi Partai Nasde, Irma Suryani Chaniago jika hal tersebut sangat wajar.
Bahakan Irma Suryani Chaniago menyinggung jika politik di Amerika Serikat juga sangat umum dan wajar melakukan endorse.
"Kalau endorse, kita bisa lihat Trump juga mengendorse Elon Musk, ya. Berapa banyak itu yang di-endorse oleh Trump untuk bisa menang?" kata Irma dalam acara Indonesia Lawyers Club berjudul "KALAU HANYA MENGKULTUSKAN SATU ORANG, INDONESIA HANCUR" seperti dikutip AyoBacaNews.com pada Senin, 2 Desember 2924.
Ia menyebut tidak perlu mempermasalahkan tentang "endorse-mengendorse" karena itu bukan pelanggaran dan hal biasa.
"Menurut saya, itu sah-sah saja. Enggak perlu diperdebatkan soal endorse-mengendorse. Nah, kebetulan PDIP mengendorse Anies Baswedan, yang kita tahu memang di Jakarta ini Anies menang. Anies punya banyak pendukung," jelas dia.
Irma beralasan jika koalisi KIM Plus kalah, murni karena strategi bukan semata karena adanya endorse-mengendorse.
"Nah, persoalannya apa? Kenapa kok bisa sekarang ini? Lima, eh, berapa ya? 39 apa 4 ya? Kita, eh, ini kalahnya sampai hari ini, ya. Sampai detik ini, masih 10%-an bedanya. Itu karena strategi. Betul-betul soal strategi dan bagaimana calon bisa meyakinkan masyarakat," ungkpa Irma menjelaskan.
Bagaimana Rano Karno, yang punya banyak fans. Tidak ada yang enggak kenal sama Si Doel.
Walaupun kata Irma, Rano Karno bukan orang Betawi asli. "Bapaknya Padang, ibunya Jawa Tengah, bukan Betawi loh, Bang, ibunya Jawa Tengah. Tapi ternyata dia bisa, memenangkan konsentrasi politik yang demikian keras di Jakarta ini," ungkap Irma.
Terkait capaian itu, Irma sangat mengapresiasi. Kata dia jika kalah tetap kalah, dan menang tetaplah pemenang.
"Kalau saya terus terang, saya mengapresiasi itu. Jadi, kalau kalah ya kalahlah. Kalau menang, ya menang," sebutnya lagi.
Tidak usah mencari alasan, yang kalam menyebut pemenang curang atau lain sebaginya.
"Enggak perlu kita bilang kalau menang orang lain dibilang curang, tapi kalau kita yang menang, kita enggak bilang orang lain curang. (*)