Penjelasan Awal Puasa Ramadan 2024 Versi Pemerintah, NU dan Muhammadiyah Kemungkinan Berbeda

Selasa, 20 Februari 2024 | 14:30
Ilustrasi - hilal bulan muda. Berikut ini penjelasan mengapa awal puasa Ramadan 2024 versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah kemungkinan akan berbeda. (Pixabay).
Penulis: Pipin L H | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com - Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kementerian Agama (Kemenag), Adib mengemukakan, bahwa Sidang Isbat akan melibatkan Tim Hisab dan Rukyat Kemenag, serta dihadiri para duta besar negara sahabat dan perwakilan ormas Islam.

Selain itu, Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1445 Hijriah ini akan melibatkan perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan undangan lainnya.

"Kami juga mengundang pimpinan MUI dan Komisi VIII DPR RI untuk hadir dalam sidang," kata Adib, seperti dikutip AyoBacaNews.com dari laman Kemenag, pada Selasa 20 Februari 2024.

Sementara itu, jadwal Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan 1445 H pada 10 Maret 2024 mendatang.

Adib menjelaskan, Kemenag akan pemantauan hilal (rukyatul hilal) awal Ramadan pada 10 Maret 2024 yang bertepatan dengan 10 Syaban 1445 H.

"Kami memutuskan akan menggelar rukyatul hilal di 134 lokasi di seluruh wilayah Indonesia," kata Adib.

Adib juga mengatakan, rukyatul hilal akan dilaksanakan Kanwil Kemenag dan Kemenag kabupaten/kota bekerja sama dengan Pengadilan Agama, Ormas Islam serta instansi lain di daerah setempat.

Ia menjelaskan, Sidang Isbat akan dibagi menjadi tiga tahap, yang pertama pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1445 H berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi).

"Pemaparan dilakukan Tim Hisab dan Rukyat Kemenag mulai pukul 17.00 WIB. Sesi ini terbuka untuk umum, dan akan disiarkan secara live di kanal YouTube Bimas Islam," kata Adib.

Sidang Isbat penentuan awal Ramadan 1445 H, dilakukan dengan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil secara astronomi atau hisab, serta hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan hilal.

Secara hisab, kata Adib, semua sistem sepakat bahwa ijtimak menjelang Ramadan jatuh pada Minggu, 10 Maret 2024 M atau bertepatan 29 Syaban 1445 H.

"Pada hari rukyat, 29 Syaban 1445 H, tinggi hilal pada saat matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia berkisar antara -0°20’ 1,2” sampai 0°52’ 5,4” dengan sudut elongasi antara 2°14’ 46,8” sampai 2°41’ 50,4"," kata Adib.

Tahap kedua, Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadan 1445 H yang digelar secara tertutup setelah Salat Magrib.

Selain data hisab (informasi), sidang isbat juga akan merujuk pada hasil rukyatul hilal (konfirmasi) yang dilakukan Tim Kemenag, pada 134 lokasi di seluruh Indonesia.

"Tahap ketiga, konferensi pers hasil sidang isbat yang juga disiarkan melalui media sosial Kemenang," kata Adib.

Sementara itu, menurut kriteria MABIMS, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

Penetapan Awal Puasa Ramadan Versi Muhammadiyah

Berdasarkan maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah 1445 Hijriah, menetapkan awal puasa Ramadan 2024 jatuh pada Senin, tanggal 11 Maret.

Muhammadiyah menggunakan metode hisab dalam menetapkan awal Ramadan, PP Muhammadiyah menyatakan bahwa pada Ahad, 10 Maret 2024 bulan sudah berada di atas ufuk (hilal sudah wujud), di wilayah Indonesia, kecuali di Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

"Pada hari Ahad Legi, 29 Syaban 1445 H bertepatan dengan 10 Maret 2024 M, ijtimak jelang Ramadhan 1445 H terjadi pada pukul 16.07 WIB," demikian tulis Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah pada maklumat yang dirilis pada 29 Desember 2023 lalu. (*)

Artikel Rekomendasi