AyoBacaNews.com, Jakarta - Hari pelantikan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka kian mendekat, sesuai rencana Prabowo - Gibran akan resmi dilantik pada 20 Oktober 2024 mendatang, setelah keduanya resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, ini tentunya akan menandai babak baru dalam sejarah politik Indonesia.
Pelantikan ini tidak hanya akan menjadi momen penting untuk pemerintahan yang akan datang, tetapi juga membawa kita kembali mengingat sejarah panjang pelantikan presiden dan wakil presiden Indonesia yang penuh dengan dinamika politik, kekuasaan, dan peristiwa bersejarah.
Namun, perjalanan Soekarno tidak berhenti di sana. Pada 17 Desember 1949, ia kembali dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS), setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) yang mengakui kedaulatan Indonesia. Dalam konteks sejarah, ini menunjukkan bagaimana Soekarno menjadi sosok sentral yang membimbing Indonesia melewati masa transisi yang kritis.
Soeharto: Sang Jenderal dan Era Orde Baru (1967)
Setelah lengsernya Soekarno, Soeharto dilantik sebagai presiden melalui Sidang Umum MPRS pada 12 Maret 1967, meski saat itu masih menjabat sebagai pejabat presiden. Setahun kemudian, pada 27 Maret 1968, ia dilantik secara resmi sebagai Presiden RI kedua. Pelantikan ini menandai dimulainya era Orde Baru, yang berfokus pada stabilitas politik, pembangunan ekonomi, dan pengekangan oposisi.
Uniknya, Soeharto memimpin Indonesia selama 32 tahun, dengan pelantikan ulang setiap lima tahun sekali. Namun, di balik rentetan pelantikannya (1973, 1978, 1983, 1988, dan 1993), akhirnya krisis ekonomi dan desakan reformasi memaksa Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, membuka babak baru dalam sejarah kepemimpinan Indonesia.
B.J. Habibie: Transisi Singkat yang Penting (1998)
Pengunduran diri Soeharto membuka jalan bagi B.J. Habibie untuk dilantik sebagai Presiden ketiga Indonesia pada hari yang sama, 21 Mei 1998. Meski masa kepemimpinan Habibie hanya berlangsung selama sekitar 17 bulan, pelantikannya sangat signifikan. Habibie berperan besar dalam membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi dan memulai reformasi politik yang membuka jalan bagi demokrasi yang lebih terbuka.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Era Reformasi (1999)
Pelantikan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai Presiden keempat pada 20 Oktober 1999 terjadi setelah pemilihan umum yang pertama kali melibatkan partisipasi rakyat secara luas. Sebagai seorang tokoh yang dihormati karena visi inklusifnya, Gus Dur membawa warna baru dalam politik Indonesia. Namun, masa kepemimpinannya berakhir lebih cepat setelah MPR memberhentikannya pada 23 Juli 2001, dan Megawati Soekarnoputri diangkat menjadi presiden.
Megawati: Presiden Wanita Pertama (2001)
Setelah Gus Dur lengser, Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai Presiden kelima pada 23 Juli 2001, menjadikannya presiden wanita pertama dalam sejarah Indonesia. Masa kepemimpinan Megawati menghadapi tantangan berat dari segi ekonomi dan stabilitas politik. Namun, pelantikannya tetap merupakan pencapaian luar biasa bagi gerakan perempuan di Indonesia.
SBY: Presiden Pertama yang Dipilih Langsung oleh Rakyat (2004)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik sebagai Presiden keenam pada 20 Oktober 2004, menandai era baru dalam politik Indonesia. Untuk pertama kalinya, presiden Indonesia dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu, sebuah tonggak penting dalam sejarah demokrasi bangsa. Kepemimpinan SBY berlangsung selama dua periode, dan ia kembali dilantik pada 20 Oktober 2009, dengan fokus pada pembangunan ekonomi dan kestabilan nasional.
Joko Widodo: Gaya Kepemimpinan Merakyat (2014 dan 2019)
Joko Widodo, atau Jokowi, dilantik sebagai Presiden ketujuh pada 20 Oktober 2014, setelah memenangkan hati rakyat dengan gaya kepemimpinannya yang sederhana dan merakyat. Jokowi adalah presiden pertama yang bukan berasal dari elit militer atau politik tradisional. Kepemimpinannya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan perbaikan ekonomi. Pada 20 Oktober 2019, Jokowi kembali dilantik untuk masa jabatan kedua setelah memenangkan Pemilu 2019, kali ini berpasangan dengan Ma'ruf Amin.
Prabowo-Gibran: Babak Baru yang Ditunggu
Kini, publik sedang menghitung hari menuju pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang diprediksi akan menjadi salah satu momen bersejarah dalam politik Indonesia. Jika Prabowo, seorang tokoh militer yang sudah sangat lama terlibat dalam politik, dan Gibran, putra Presiden Jokowi, resmi dilantik, ini akan menjadi pelantikan yang sangat dinanti karena berbagai alasan.
Sejarah Baru Menanti
Sejarah pelantikan presiden dan wakil presiden Indonesia mencerminkan dinamika demokrasi yang terus berkembang. Setiap pelantikan tidak hanya sekadar seremoni, tetapi juga simbol dari transisi kekuasaan dan legitimasi rakyat.
Kini, dengan kemungkinan pelantikan Prabowo-Gibran, Indonesia sedang menunggu babak baru dari kisah panjang demokrasi dan kepemimpinan nasional. Akankah duet ini membawa Indonesia ke arah yang lebih cerah? Hanya waktu yang bisa menjawab.(*)