Konsumsi Makanan Kaya Antioksidan Baik untuk Kesehatan Vital Pria

Kamis, 18 April 2024 | 11:51
ANTIOKSIDAN - Ilustrasi makanan sehat. Menurut konsultan diet dan ahli gizi, makanan kaya antioksidan baik untuk kesehatan vital pria. Ilustrasi/Freepik.
Penulis: Pipin L H | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com - Ahli Gizi menyarankan pria-pria yang mengalami masalah fertilitas untuk mengonsumsi makanan, yang kaya kandungan antioksidan guna meningkatkan kesehatan reproduksi.

Seperti dilansir dari Hindustan Times, konsultan diet dan ahli gizi dr Nisha dari Motherhood Hospital di Gurgaon, India menyampaikan, bahwa bahan makanan kaya antioksidan baik untuk kesehatan sperma.

Menurutnya, mengonsumsi kacang kenari yang kaya asam lemak omega-3, vitamin E, selenium, dan antioksidan dapat membantu meningkatkan kualitas dan motilitas sperma.

Kacang almond, yang memiliki kandungan tinggi antioksidan berupa vitamin E juga dapat dikonsumsi untuk membantu melindungi sperma dari kerusakan, dan meningkatkan motilitasnya.

Selain itu, ada biji labu yang kaya antioksidan berupa vitamin E, dan selenium serta kacang Brazil, yang kaya selenium serta mineral berperan penting dalam produksi juga motilitas sperma, perlindungan sperma dari stres oksidatif.

Nisha juga menyampaikan, bahwa kunyit mengandung curcumin, antioksidan manjur dengan sifat anti-inflamasi yang baik untuk kesehatan sperma.

Sedangkan jahe, mengandung gingerol senyawa bioaktif dengan antioksidan, dan anti-inflamasi yang baik untuk kesehatan reproduksi pria.

Menurutnya, teh hijau mengandung antioksidan yang baik untuk melindungi sperma dari kerusakan oksidatif, dan meningkatkan kesehatan reproduksi.

Demikian pula dengan sayuran-sayuran hijau, aneka buah beri, dan bawah putih, bisa dikonsumsi oleh pria.

Dr Aswati Nair ahli fertilitas dari Nova IVF Fertility di Rajouri Garden, Delhi menyampaikan, penyebab infertilitas yang paling umum, adalah kondisi varikokel, merokok, radiasi, infeksi saluran kemih, dan kekurangan nutrisi.

"Selain itu, faktor lingkungan dan stres oksidatif berdampak buruk pada tingkat kesuburan seseorang. Stres oksidatif berdampak pada sekitar 50 persen pria yang mengalami infertilitas," katanya.

Ia menerangkan, molekul-molekul radikal bebas yang tak stabil secara konstan terbentuk dalam tubuh, dan dapat menyebabkan kerusakan DNA dalam sel, dan jaringan jika kadarnya terlalu tinggi.

Sehingga menghubungkannya dengan penyakit, seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung.

Radikal bebas berperan penting dalam mendukung pembelahan sel, dan membantu sel kekebalan dalam melawan infeksi, tetapi kelebihan molekul-molekul ini, yang disebut reactive oxygen species (ROS), bisa menyebabkan stres oksidatif.

Tubuh secara alami memproduksi senyawa antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Namun ketidakseimbangan antara ROS, dan antioksidan menyebabkan stres oksidatif.

Ini dapat membahayakan DNA sperma, dan menghambat pembuahan dengan mengganggu fungsi normal sperma.

"Oleh karena itu, menjaga keseimbangan dengan menonaktifkan ROS dengan antioksidan sangat penting untuk fungsi sperma yang normal," kata Aswati.

Ia menerangkan, bahwa antioksidan adalah zat atau senyawa yang menetralisir radikal bebas, sehingga mengganggu reaksi berantai yang berujung pada stres oksidatif.

"Dengan mengembalikan keseimbangan dan menghilangkan ROS, antioksidan meningkatkan motilitas, dan morfologi serta mencegah kerusakan DNA pada sperma," katanya.

"Senyawa bermanfaat ini banyak terdapat dalam makanan, khususnya sumber nabati seperti buah-buahan, dan sayuran," tambahnya. (*)

Artikel Rekomendasi