Konsumsi Dua Porsi Daging Merah Olahan dapat Tingkatkan Risiko Demensia

Jumat, 02 Agustus 2024 | 15:18
KONSUMSI DAGING OLAHAN DAPAT TINGKATKAN RISIKO DEMENSIA - Ilustrasi perempuan alami demensia. Studi terbaru mengungkapkan kaitan daging olahan dan demensia. (Foto: Freepik).
Penulis: Pipin L H | Editor: Pipin L H

AyoBacaNews.com, Jakarta - Berdasarkan penelitian terbaru mengungkapkan, adanya hubungan yang memprihatinkan antara daging olahan dengan peningkatan risiko demensia.

Demensia ini disebabkan kerusakan sel-sel saraf di otak, yang mengakibatkan kehilangan memori, kesulitan berbahasa, serta masalah dalam berpikir dan memecahkan masalah.

Hasil studi yang dipresentasikan pada Konferensi Internasional Alzheimer di Philadelphia menemukan, mengonsumsi dua porsi daging merah olahan per minggu berhubungan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 14 persen, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi kurang dari tiga porsi per bulan.

Seperti dilansir dari laman Medical Daily, pada Jumat, 2 Agustus 2024, para peneliti juga menemukan hal menarik, mengganti satu porsi harian daging merah olahan dengan kacang, biji-bijian atau tahu dapat mengurangi risiko demensia sebesar 20 persen.

Dan sebaliknya, setiap tambahan porsi daging merah olahan berhubungan dengan penambahan 1,6 tahun penuaan kognitif global, memengaruhi keterampilan berbahasa dan fungsi eksekutif.

"Hasil studi terkait hubungan antara penurunan kognitif, dan konsumsi daging secara umum masih bervariasi. Jadi, kami meneliti lebih lanjut bagaimana konsumsi berbagai jumlah daging olahan, dan tidak olahan memengaruhi risiko kognitif serta fungsi," kata penulis utama studi, Yuhan Li.

Li mengatakan, dengan mempelajari orang selama periode waktu yang lama, ditemukan jika konsumsi daging merah olahan dapat menjadi faktor risiko signifikan demensia.

Dan dalam pedoman diet, dapat mencakup rekomendasi untuk membatasi konsumsi daging olahan guna meningkatkan kesehatan otak.

"Daging merah olahan juga telah terbukti meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes. Ini mungkin memengaruhi otak karena mengandung tingkat zat berbahaya, seperti nitrit (pengawet) dan sodium," kata Li.


Untuk memperkirakan hubungan antara demensia, dan konsumsi daging  merah ini lebih dari 130 ribu peserta dalam Studi Kesehatan Perawat dan Studi Tindak Lanjut Profesional Kesehatan dilacak selama hingga 43 tahun.

Selama periode ini, para peneliti mengidentifikasi sebanyak 11.173 kasus demensia. Kebiasaan diet peserta dievaluasi setiap dua hingga empat tahun menggunakan kuesioner frekuensi makanan.

Kuesioner menanyakan frekuensi konsumsi daging merah olahan, seperti bacon, hot dog, dan sosis. Kemudian kacang dan legum, termasuk selai kacang, kacang tanah, kenari, susu kedelai, kacang-kacangan, dan tahu.

Status kognitif dinilai menggunakan wawancara telepon. Para peneliti menemukan, jika setiap tambahan porsi harian daging merah olahan, berhubungan dengan tambahan 1,61 tahun penuaan kognitif global, dan tambahan 1,69 tahun penuaan kognitif dalam memori verbal.

Sementara kognisi global merujuk pada fungsi kognitif secara keseluruhan, termasuk bahasa, fungsi eksekutif, dan pemrosesan, memori verbal adalah kemampuan untuk mengingat dan memahami kata-kata serta kalimat.

Namun, ketika satu porsi harian daging merah olahan diganti dengan satu porsi harian kacang dan legum, risiko mengembangkan demensia turun sebesar 20 persen dan penuaan kognitif global berkurang sebesar 1,37 tahun.

"Pencegahan penyakit Alzheimer dan demensia lainnya adalah fokus utama, dan Asosiasi Alzheimer telah lama mendorong pola makan yang lebih sehat, termasuk makanan yang kurang olahan, karena terkait dengan (penurunan) risiko penurunan kognitif," kata wakil presiden hubungan medis, dan ilmiah Asosiasi Alzheimer, Heather M. Snyder.

"Studi besar dan jangka panjang ini memberikan contoh spesifik tentang cara makan yang lebih sehat," tambahnya. (*)

Artikel Rekomendasi