AyoBacaNews.com, Jakarta - Keputusan Airlangga ini mengejutkan banyak pihak dan memunculkan berbagai spekulasi mengenai penyebab sebenarnya di balik pengunduran dirinya.
Mantan politisi Partai Golkar, Jusuf Hamka, mengakui bahwa ia mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan Airlangga Hartarto untuk mundur dari posisi Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Meskipun memiliki informasi mendalam, pria yang dikenal dengan panggilan Babah Alun ini memilih untuk tidak mengungkapkan lebih jauh terkait isu tersebut.
Babah Alun menyatakan bahwa ia tidak ingin lagi terlibat dalam urusan internal partai dan memilih untuk tidak berkomentar lebih jauh mengenai spekulasi yang beredar.
"Oh denger banyak, I know too much, but I don't want to talk too much (saya tahu banyak, tapi saya tidak mau bicara terlalu banyak)," ujar Jusuf Hamka ketika menyerahkan surat pengunduran dirinya dari kepengurusan Partai Golkar di gedung DPP Partai Golkar, Senin.
Babah Alun menyatakan bahwa ia tidak ingin lagi terlibat dalam urusan internal partai dan memilih untuk tidak berkomentar lebih jauh mengenai spekulasi yang beredar.
Saat ditanya mengenai keterlibatan beberapa nama, termasuk Bahlil Lahadalia, yang dikabarkan terlibat dalam mundurnya Airlangga, Babah Alun tetap memilih bungkam.
Namun, ia meyakini bahwa keputusan Airlangga untuk mundur dari jabatan tersebut tidak sepenuhnya atas inisiatif pribadi.
Airlangga Hartarto sebelumnya mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar pada Minggu, 11 Agustus 2024 di Jakarta.
Dalam video resmi yang disiarkan oleh Partai Golkar, Airlangga menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dan memastikan stabilitas selama transisi pemerintahan dari Presiden RI Joko Widodo ke Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
“Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, serta atas petunjuk Tuhan Yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai ketua umum DPP Partai Golkar,” ungkap Airlangga dalam video tersebut.
Sementara itu, Partai Golkar tengah bersiap untuk mengatasi transisi kepemimpinan dan memastikan keberlanjutan stabilitas partai di tengah dinamika politik saat ini.(*)