AyoBacaNews.com, Jakarta - Setelah membeikan keterangan pres dengan cara membaca teks, Kepala Badan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi langsung ditanyai wartawan tentang tujuan Paskibraka Muslimah harus melepas jilbab.
Wartawan juga mempertanyakan aturan tersebut, yang padahal sebelumnya tidak ada. Bukan itu saja, wartawan juga menanyakan apakah Paskibraka Musliamah akan disanksi saat tidak melepas jilbab.
"Ya, terima kasih. Saya kira dari kami sudah cukup," kata Yudian Wahyudi.
"Apakah ada sanksi, Pak, jika Paskibraka putri tidak mengikuti aturan itu?" tanya satu di antara wartawan.
"Ya, nanti kami sampaikan dulu informasi ini untuk sementara, ya. Nanti baru kami anukan lagi," katanya.
"Apa sebelumnya pernah menyarankan, mungkin ada peraturan, sebelumnya (larangan jilbab)?" kata wartawan lainnya.
"Oh ini kan aturannya. Mohon maaf, ini ada yang harus saya sampaikan. Lupa saya. Tadi lampiran yang sudah pernah kita sertakan ya saat pendaftaran," jawab Yudian.
"Jadi mohon izin nanti ada pres rilisnya, kami berikan ini lengkap. Tolong dianu dulu begitu ya, biar dipahami dulu secara utuh. Karena yang berita, ya biasalah, satu juga sepotong begitu. Nah, tolong ini dimohon izin ya nanti kami lampirkan. Dipelajari dulu, dilihat gitu ya. Nanti mungkin kita bisa kembali lagi pada saat. Makasih ya," kata Yudian.
"Ini kan pada saat pengukuhan tahun-tahun sebelumnya, selama dipegang BPIP sudah 3 tahun ini, kalau 2 tahun yang lalu dan tahun yang lalu, ini masih pakai (jilba)," tanta wartawa lagi.
"Iya, nanti kami anukan aja selanjutnya yang itu ya, ini kita fokus ini aja dulu, ya. Bawa kami seperti itu ya," jawab Yudian.
"Tapi, pertimbangan perubahan ketentuan pakaian itu karena apa, Pak, kalau boleh tahu?" tanya wartawan.
"Ya, kalaupun itu semula dari awal kan memang Paskibraka itu uniform. Uniform itu maksudnya apa? Karena kita baru merdeka dengan kemajukan yang paling barangkali, terbesar di muka bumi."
"Di situlah inisiatif Presiden Soekarno untuk mengaplikasikan Bhinneka Tunggal Ika."
"Lah Kebinekaan ini dirangkum dalam ketunggalan. Nah, kenapa? Karena kita bisa merdeka, karena kita dulu bergotong royong bersatu."
"Nah, supaya nikmat, apa ini namanya, Kebinekaan ini mohon maaf tidak berbalik menjadi hal yang negatif, maka diperingati di dalam konteks itu."
"Makanya pakai uniform, ya tahu ya, uniform itu seragam harus sama. Sehingga ketika kita melihat ini, oh ya dari sana tidak ketahuan, tapi dampak ke saat ini dia bertugas sebagai pasukan yang menyimbolkan ya kebersatuan dalam kemajemukan,".
"Jadi, penegasan, penyesuaian ini untuk keseragaman. Iya," tanya wartawa.
"Iyah gitu. Makasih dulu ya, itu saja," katanya. (*)