AyoBacaNews.com - Nah menilik hasil Sirekap KPU, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) rupanya ngos-ngosan untuk bisa tiba di Senayan.
Partai yang dibintangi anak Presiden Joko Widodo alias Jokowi, Kaesang Pangarep dan juga Grace Natalie rupanya terancam tak lolos ambang batas.
Dalam satu kesempatan, satu di antara pentolan PSI, Grace Natalie lalu ngegibahin si Komeng yang lolos Senayan tanpa modal yang menguras dompet.
Kesuksesan Komeng melalui jalur indipenden ini sepertinya membuat Grace Natalie iri.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI ini mengatakan semua calon anggota legislatif dari tingkat DPR RI sampai DPRD Kabupaten/Kota butuh perjuangan keras untuk mendapatkan kursi.
Grace Natalie memiliki pandangan jika para caleg PSI harus mati-matian sosialisasi. Hal itu kata dia dampak dari pileg yang bersamaan dengan Pilpres.
"Kalau kita boleh jujur nih, media mana sih yang membahas pileg, tidak ada. Semua yang dibahas cuman pilpres setiap hari. Jadi, caleg di semua partai semuanya berjuang keras untuk sosialisasi," kata Grace kepada wartawan di Jakarta, dikutip pada Sabtu, 17 Februari 2024.
Di sana kemudian Sis Grace Natalie menyinggung keterpilihan komedian Komeng. Soal pencalegan DPD RI kata Sis Grace Natalie lebih tak diperhatikan oleh publik.
Grace Natalie berkelakar, pelawak Alfiansyah Komeng adalah orang paling beruntung pada pencalegan DPD RI.
Komeng disebut bisa sukses meraup jutaan suara tanpa harus melakukan kampanye.
"Lebih kasihan lagi DPD, karena non partai ya kan. Jadi mungkin yang beruntung hanya Komeng, kalau DPD. Yang lain bener bener, banyak saya juga keluarga, temen-temen buka lembar DPD kaya cap cip cup. Semua kita gak pernah tau, gak di bahas, apalagi yang gada partainya," ucapnya.
Melihat Komen yang disebutnya sangat beruntung, Grace Natalie meminta kader PSI evaluasi. Dia mengutarakan keinginan, calegnya nanti jadi perhatian dan sorotan publik.
Surat Komen untuk Sis Grace Natalie
Komeng kemungkinan besar merespon atas ucapan Grace Natalie yang menyebut dirinya lolos ke Senayan lantaran beruntung.
Dilihat dari surat imajiner Komeng untuk Grace Natalie yang berseliweran, sang komedian dalam juga memberi pelajaran pada anak buah Kaesang Pangarep.
Surat imajiner Komeng kepada pengurus Partai Solidaritas Indonesia. Ironi partai penyusu kekuasaan.
Sis Grace Natalie dan kawan-kavan Partai Solidaritas Indonesia. Mohon maaf atas kelancangan saya menulis surat ini. Saya bukan politikus. Saya komedian. Tanggal 14 Februari 2024 mungkin bakal menjadi hari yang bersejarah bagi saya. Berdasarkan hitungan Komisi Pemilihan Umum, hingga hari ketiga setelah pemilu, saya mendapat hampir 1,5 juta suara -tertinggi untuk daerah pemilihan Jawa Barat.
Saya tidak pernah mencari beking.
Tak lama lagi, insyaallah, saya akan jadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Saya enggak punya program muluk-muluk. Saya cuma ingin 27 September ditetapkan menjadi Hari Komedi Nasional. Dasarnya adalah hari kelahiran pelawak Bing Slamet.
Selama ini kan sudah ada Hari Guru, Hari Musik, Hari Puisi – selain Harry Moekti dan Harry Potter.
Satu yang membuat saya bangga, untuk menjadi senator, saya tidak pernah mencari beking.
Saya tidak pernah mengemis suara. Saya enggak mendukung Presiden dipilih kembali setelah dua periode berkuasa.
Saya tidak merengek kepada Presiden
Saya tidak mendirikan partai apalagi menjualnya kepada pemodal. Saya tidak merengek kepada Presiden agar anaknya dizinkan menjadi ketua partai saya.
Saya enggak pernah berkampanye, foto saya tidak terpampang di pinggir jalan dan pohon pelindung.
Orang-orang kabarnya memilih saya karena di kertas suara tampang saya lucu. Syukur alhamdulillah, saya sudah dikenal sebagai pelawak.
Saya pernah meminta kawan- kawan membagikan foto saya kepada calon pemilih. Eh, mereka malah mencetak pasfoto 3X4. Foto kecil begitu, mana ada yang perhatiin.
Caleg PSI cakep, rapi, seragam
Karena itu, saya iri melihat foto calon legislator PSI tersebar sampai pelosok: cakep, rapi, seragam.
Di jalan pantai utara Jawa, spanduk kalian bererot. Di kampung-kampung sampai ke Indonesia timur, partai Sis Grace dijajakan. Saya enggak tahu berapa biaya mencetak spanduk segitu banyak.
Saya enggak tahu siapa yang memasang dan siapa yang membiayai. Saya enggak mau ikut-ikutan gibah: ada campur tangan aparat negara membantu logistik PSI.
Ketika didirikan pada 2014, PSI punya cita-cita mulia: menggalang politik yang dilandasi solidaritas untuk kemanusiaan.
Dibangun oleh anak muda, partai Sis penuh semangat. Panggilan “sis” dan “bro” kepada sesama pengurus partai mengingatkan saya pada zaman engkong saya dulu: saling memanggil “bung” sebagai tanda kesetaraan.
Mirip partai orba
Tapi, dalam mencari pemimpin, PSI mendadak jadi tua. Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, kalian terima jadi ketua partai tanpa proses merit. Hanya partai Orde Baru yang ketuanya didrop dari atas.
Ya, ampun, Sis, jadi Ketua Karang Taruna aja harus berbulan-bulan dulu jadi anggota.
Dipimpin Kaesang, yang melanjutkan kepemimpinan Sis Grace di PSI, mendapat banyak keistimewaan.
Spanduk bergambar foto Presiden dan Mas Kaesang adalah jaminan dilirik orang lewat.
Dengan tingkat kepuasan yang tinggi kepada Jokowi, partai Sis semestinya banyak dipilih.
Tak pernah dengar suara PSI
Meski begitu, dalam hitung cepat sejumlah lembaga survei, tingkat keterpilihan PSI baru 2,9 persen.
Padahal, untuk masuk Senayan, partai minimal harus mendapat 4 persen suara nasional.
Saya enggak pernah dengar PSI bersuara lantang menentang ambang batas yang tinggi ini.
Mungkin partai Sis minder. Bisa juga kelewat pede. Elite PSI menyatakan mampu melampaui ambang batas.
Saya doakan berhasil. Saya enggak sabar bertemu dengan Sis dan kawan-kawan di Senayan.
Tapi, jika nanti PSI tidak lolos, setidaknya kita bisa ngopi bareng di Patal Senayan. Uhuy! (*)