Brutal! yang Dialami Cut Intan, Ada Trauma dan Terpaksa Bungkam,  Begini Mengatasi Dampaknya

Rabu, 14 Agustus 2024 | 10:47
Pada 13 Agustus 2024, Intan mengunggah rekaman CCTV di akun Instagramnya, @cut.intannabila, yang memperlihatkan aksi brutal suaminya, Armor Toreador, melakukan KDRT terhadapnya.  @cut.intannabila.
Penulis: L Sundana | Editor: AyoBacaNews

AyoBacaNews.com, Jakarta - Beberapa kasus KDRT yang sangat brutal. Satu di antaranya adalah kasus yang melibatkan selebgram cantik Cut Intan Nabila. 

Pada 13 Agustus 2024, Intan mengunggah rekaman CCTV di akun Instagramnya, @cut.intannabila, yang memperlihatkan aksi brutal suaminya, Armor Toreador, melakukan KDRT terhadapnya. 

Kronologi kasus ini berawal dari tangisan Intan, dan suaminya diduga memukulinya dengan sangat membabi buta. 

Setelah video penganiayaan itu viral di media sosial, suaminya sempat kabur, namun polisi berhasil menangkapnya di sebuah hotel di Jakarta Selatan. Kejadian ini memperlihatkan betapa pentingnya kesadaran dan tindakan untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga. 

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah masalah serius yang mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

Mengapa Korban KDRT Memilih Bungkam?

Ada banyak alasan kompleks yang membuat korban KDRT memilih untuk tidak melaporkan atau membicarakan tentang kekerasan yang dialaminya. Beberapa alasan umum antara lain:

Takut

Korban seringkali merasa takut akan keselamatan dirinya dan orang-orang yang dicintai jika melaporkan kekerasan. Ancaman dari pelaku, termasuk ancaman fisik, emosional, dan ekonomi, membuat mereka merasa terjebak dan tidak berdaya.

Malu 

Korban merasa malu dan bersalah karena mengalami kekerasan. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah sehingga menyebabkan kekerasan tersebut terjadi.

Cinta 

Korban masih mencintai pelaku dan berharap hubungan mereka dapat diperbaiki. Mereka mungkin masih memiliki harapan bahwa pelaku akan berubah.

Ketergantungan 

Korban mungkin secara finansial atau emosional bergantung pada pelaku. Mereka takut kehilangan tempat tinggal, dukungan finansial, atau dukungan sosial jika meninggalkan pelaku.

Stigma 

Korban takut akan stigma sosial yang melekat pada korban KDRT. Mereka khawatir akan dicela, dihina, atau disalahkan oleh masyarakat.

Kultur 

Dalam beberapa budaya, KDRT dianggap sebagai masalah pribadi atau aib keluarga yang harus diselesaikan di dalam keluarga. Korban mungkin merasa tertekan untuk menjaga nama baik keluarga.

Solusi untuk Korban KDRT

Meskipun sulit, ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu korban KDRT. Berikut beberapa solusi yang dapat ditawarkan:

Dukungan Sosial

Berbicara dengan orang yang dipercaya: Korban perlu merasa aman untuk berbagi cerita dengan orang yang mereka percayai, seperti teman dekat, keluarga, atau konselor.

Mencari kelompok pendukung

Bergabung dengan kelompok pendukung dapat membantu korban merasa tidak sendirian dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang memiliki pengalaman serupa.

Bantuan Profesional

Konseling: Konselor dapat membantu korban mengatasi trauma, membangun rasa percaya diri, dan mengembangkan rencana keselamatan.

Bantuan hukum: Pengacara dapat memberikan bantuan hukum untuk mengajukan perlindungan hukum dan melaporkan kasus KDRT ke pihak berwajib.

Pencegahan:

Edukasi: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang KDRT dan dampaknya sangat penting.

Perubahan sikap: Mengubah sikap masyarakat terhadap korban KDRT, menghilangkan stigma, dan memberikan dukungan yang lebih baik.

Penguatan hukum: Memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku KDRT dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi korban. (*)

 

Artikel Rekomendasi