BRIN Sebut Efek Fenomena La Nina, Musim Kemarau akan Jadi Pendek

Selasa, 09 Juli 2024 | 13:29
Ilustrasi lahan basah setelah hujan - BRIN sebut puncak kemarau di Indonesia akan basah dampak fenomena La Nina. Ilustrasi/Pixabay.
Penulis: Pipin L H | Editor: Pipin L H

AyoBacaNews.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, dampak fenomena La Nina kini sudah terasa, dan mencapai puncak pada Oktober atau November 2024 mendatang.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan mengatakan, bulan ini La Nina belum menunjukkan eksistensinya.

Tetapi, dampaknya sudah kemana-mana, dan menyebabkan musim kemarau menjadi lebih pendek.

"Kita sekarang merasakan langit sering mendung, dan turun hujan gerimis," kata Eddy Hermawan.

Fenomena La Nina merupakan pola iklim berulang, yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik.

Selama La Nina berlangsung, kata Eddy, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik mengalami penurunan sebanyak 3-5 derajat Celcius dari suhu normal.

Suhu permukaan laut yang mendingin mengurangi pertumbuhan awan hujan di bagian timur, dan tengah Samudera Pasifik, lalu meningkatkan curah hujan di wilayah khatulistiwa, terutama Indonesia.

Eddy mengatakan, fenomena La Nina sekarang ini diprediksi berlangsung hingga akhir Februari atau Maret 2025.

Menurutnya, kemunculan La Nina membuat puncak musim kemarau di Indonesia yang terjadi pada Agustus, dan September 2024 cenderung basah.

"Puncaknya kemarau pada Agustus dan September, akan diimbangi dengan mulai menguatnya La Nina pada saat itu. Jadi, tidak ada efek kemarau yang panas," katanya.

Kemudian, Eddy mengingatkan berbagai dampak yang timbul akibat fenomena La Nina berupa limpahan air berlebihan ke lahan-lahan pertanian.

Jika lahan pertanian terendam banjir bisa memengaruhi angka produksi pangan. Bahkan, La Nina juga bisa membangkitkan awan-awan besar, yang berpotensi mengganggu aktivitas penerbangan.

"Banyak efek yang ditimbulkan. Kalau ingin berpergian harus bebas dari awan-awan besar, karena La Nina menyebabkan awan-awan besar gagak meninggalkan Indonesia," kata Eddy.(*)

Artikel Rekomendasi