BMKG Beri Penjelasan di Tengah Musim Kemarau, Beberapa Wilayah Indonesia Diguyur Hujan

Selasa, 09 Juli 2024 | 15:18
Ilustrasi perempuan diguyur hujan. BMKG beri penjelasan saat Indonesia sudah masuki musim kemarau tetapi masih turun hujan. Ilustrasi/Pixabay.
Penulis: Pipin L H | Editor: Pipin L H

AyoBacaNews.com  - Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan akan terjadi pada November 2023, dan berada di puncaknya sekitar bulan Januari hingga Februari 2024.

Setiap daerah di Indonesia, memiliki curah hujan yang berbeda-beda, ada yang lebih tinggi dan lebih rendah dibanding biasanya.

Awal musim hujan umumnya berkaitan dengan peralihan angin muson timur menjadi angin muson barat.

Menurut BMKG, angin muson timur diprediksi masih aktif hingga November 2024, terkhusus di Indonesia bagian Selatan.

Sementara itu, angin muson barat diprediksi akan datang lebih lambat dari biasanya. Dan menurut prediksi BMKG, musim hujan tahun ini menyeluruh ke semua wilayah di Indonesia pada bulan Maret-April.

Itu artinya, pada bulan Juli 2024 ini sudah memasuki musim kemarau, tetapi hujan masih sering melanda wilayah-wilayah di Indonesia.

BMKG menyatakan, puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Meski begitu, hujan masih sering membasahi banyak wilayah di Indonesia.

Menurut Deputi bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, bahwa sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

Namun, ia menekankan meski musim kemarau, hujan masih tetap dapat terjadi dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian.

Guswanto menyebut, ada potensi peningkatan curah hujan yang signifikan dalam sepekan kedepan di beberapa wilayah di Indonesia.

Hal tersebut, disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional hingga global yang signifikan, termasuk aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO).

Kemudian, fenomena Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.

Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia juga turut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah tersebut.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani mengatakan, kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca itu diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat, dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5-11 Juli 2024.

Wilayah-wilayah yang dimaksud, meliputi Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.

Andri pun mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti longsor dan banjir bandang.

Terutama untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.

Berkaitan cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang, dan hujan es yang terjadi di Sawangan, Kota Depok pada tanggal 3 Juli 2024 lalu.

Dijelaskan Andri, bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh awan Cumulonimbus (CB), yang terbentuk akibat konveksi kuat di wilayah itu.

Proses hujan tersebut, bisa terjadi karena kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer lapisan atas, di mana es yang terbentuk memiliki ukuran besar.

Saat es tersebut turun ke lapisan atmosfer yang lebih rendah dan hangat, maka terjadi hujan. Tetapi tidak semua es mencair sempurna, sehingga terjadi hujan es.

Di mana, kata Andri, suhu puncak awan Cumulonimbus mencapai minus 80 derajat celcius. Pergantian serta transisi musim saat ini sulit diprediksi karena beberapa faktor.

Oleh karena itu, ada baiknya bagi siapapun yang sering beraktivitas di luar ruangan untuk berhati-hati, dan mengantisipasi datangnya hujan.(*)

Artikel Rekomendasi