AyoBacaNews.com - Anak-anak di lingkungan perkotaan yang berusia 6-12 tahun, terbukti lebih memungkinkan mengalami masalah pernapasan, seperti kesulitan bernapas dan batuk di malam hari.
Hal tersebut, menunjukkan bahwa kemungkinan ada diagnosis yang tak memadai atau salah tafsir gejala di wilayah perkotaan.
Sehingga, menyebabkan prevalensi asma yang sebenarnya lebih tinggi dibandingkan dengan angka diagnostik yang ditunjukkan.
Dilaporkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan, sekitar 12 juta lebih atau sebesar 5,4 persen dari total jumlah penduduk Indonesia merupakan penderita asma.
Mengacu pada data Kementerian Kesehatan tahun 2020 jumlah penderita asma sudah lebih dari 12 juta. Kalau di seluruh dunia diperkirakan ada 262 juta orang penderita asma.
Sebagaimana dilansir dari Times of India, pada Kamis 9 Mei 2024, terdapat sejumlah faktor spesifik perkotaan yang dapat meningkatkan risiko asma.
Hal tersebut, diakibatkan lalu lintas, emisi industri, dan sumber materi partikulat lainnya, daerah perkotaan biasanya mempunyai tingkat polusi udara lebih tinggi.
Selain itu, sering kali terdapat lebih banyak orang yang tinggal di wilayah metropolitan, sehingga meningkatkan paparan terhadap virus, alergi, dan iritasi pernapasan lainnya.
Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan. Terutama mereka yang berusia antara 0-6, dan 0-18 tahun.
Untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun, perbedaan risiko antara lingkungan perkotaan, dan pedesaan tak terlalu terlihat.
Hal tersebut, menunjukkan bahwa karakteristik tertentu dari kehidupan perkotaan mungkin mempunyai dampak yang lebih besar pada anak-anak yang lebih besar.
Untuk memahami sepenuhnya hal ini, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan penyebab pasti peningkatan risiko asma di perkotaan.
Penelitian di wilayah seperti Tamil Nadu, India harus fokus pada penjelasan mekanisme kehidupan perkotaan berdampak pada kesehatan pernapasan.
Masalah sosial ekonomi, alergen dalam ruangan, kualitas udara, dan akses pelayanan kesehatan merupakan topik studi yang penting.
Intervensi kesehatan masyarakat dapat dirancang untuk menurunkan risiko asma pada populasi perkotaan dengan mengatasi tantangan-tantangan ini.
Dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil kesehatan pernapasan bagi anak-anak yang tinggal di kota.(*)