AyoBacaNews.com - Memiliki kemampuan atur keuangan dengan baik, dapat sangat menguntungkan untuk memiliki finansial yang stabil.
Saat ini, Gen Z sudah mulai memasuki dunia kerja. Artinya, sudah mempunyai penghasilan sendiri.
Pada saat memiliki penghasilan, sebaiknya kamu sudah mulai berpikir bagaimana caranya kelola uang agar tidak boros.
Nah, satu diantara cara mengatur uang yaitu dengan alokasikan penghasilan ke investasi. Dengan investasi, kamu dapat mengamankan uang dari inflasi.
Investasi juga ada beberapa jenis yang bisa kamu pilih, sesuai dengan kemampuan dan tujuan masing-masing.
Dilansir dari kanal YouTube Felicia Putri Tjiasaka pada Rabu, 13 November 2024, bagikan belajar investasi dari nol.
Cara Membangun Portofolio Investasi dari Nol untuk Pemula
Langkah 1: Mengenal Diri Sendiri – Menentukan Profil Risiko
Sebelum mulai berinvestasi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenal diri sendiri, khususnya dalam hal profil risiko.
Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda. Ada yang bisa tidur nyenyak meskipun harga cryptocurrency turun 50%, sementara ada juga yang merasa panik bahkan ketika sahamnya turun 10%.
Untuk mengetahui profil risiko kamu, jawab lima pertanyaan sederhana berikut:
1. Apa statusmu saat ini? (Single atau sudah menikah?)
2. Seberapa paham kamu tentang investasi? (Apakah kamu sudah memahami instrumen investasi seperti saham, reksadana, atau crypto?)
3. Apakah kamu sudah pernah berinvestasi sebelumnya?
4. Apa jangka waktu investasi kamu? (Apakah kurang dari 5 tahun atau lebih dari 5 tahun?)
5. Jika nilai investasi kamu turun 20%, apa yang akan kamu lakukan? (Apakah kamu akan menjual atau justru membeli lebih banyak?)
Berdasarkan jawaban kamu, kamu akan lebih tahu apakah kamu memiliki profil risiko konservatif, moderat, atau agresif.
Misalnya, jika kamu merasa nyaman dengan risiko tinggi dan siap menghadapi fluktuasi pasar, maka kamu mungkin cocok dengan profil risiko agresif.
Namun, jika kamu lebih memilih investasi yang lebih aman, maka konservatif mungkin lebih sesuai.
Jangan khawatir, profil risiko ini bisa berubah seiring waktu, tergantung pada situasi hidup, tujuan keuangan, dan pengetahuan yang kamu miliki tentang investasi.
Langkah 2: Tentukan Tujuan Investasi
Setelah mengetahui profil risiko, langkah berikutnya adalah menetapkan tujuan investasi.
Tujuan keuangan setiap orang berbeda-beda dan menentukan jenis investasi yang tepat. Ada yang ingin membeli rumah dalam waktu dekat, ada yang ingin mempersiapkan dana pendidikan anak bertahun-tahun mendatang.
Tujuan keuangan bisa dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan jangka waktunya:
- Kurang dari satu tahun: Misalnya, dana darurat atau dana untuk liburan.
- 1-5 tahun: Misalnya, dana untuk membeli mobil atau rumah.
- Lebih dari 5 tahun: Seperti dana pensiun atau pendidikan anak.
Misalnya kamu ingin menikah dua tahun lagi dengan biaya sekitar 100 juta dan saat ini sudah memiliki dana 10 juta.
Berdasarkan kalkulator investasi, kamu perlu menabung sekitar 3,7 juta per bulan untuk mencapai target tersebut.
Untuk investasi jangka pendek seperti ini, kamu bisa memilih instrumen yang lebih aman, seperti reksadana pendapatan tetap atau emas.
Jika tujuan keuangan kamu lebih panjang, misalnya mempersiapkan dana pendidikan anak 8 tahun lagi, kamu bisa memilih instrumen yang berpotensi memberikan return lebih tinggi, seperti saham atau cryptocurrency.
Langkah 3: Pilih Instrumen Investasi yang Tepat
Setelah mengetahui profil risiko dan tujuan keuangan, langkah selanjutnya adalah memilih instrumen investasi yang sesuai.
Setiap jenis investasi memiliki karakteristiknya masing-masing, yang dapat disesuaikan dengan tujuan dan toleransi risiko kamu.
- Dana Darurat: Pastikan kamu memiliki dana darurat yang cukup sebelum mulai berinvestasi. Idealnya, dana darurat ini setara dengan 3-6 bulan pengeluaran pokok.
Investasi Jangka Pendek (Kurang dari 1 tahun): Untuk tujuan yang lebih dekat seperti menikah dalam dua tahun atau membeli kendaraan, kamu bisa mempertimbangkan investasi di reksadana pendapatan tetap atau emas yang lebih stabil dan aman.
Investasi Jangka Menengah (1-5 tahun): Misalnya, untuk membeli rumah atau mempersiapkan dana pendidikan anak, kamu bisa memilih reksadana saham atau saham bluechip yang berisiko lebih tinggi namun menawarkan return yang lebih besar.
- Investasi Jangka Panjang (Lebih dari 5 tahun): Untuk tujuan pensiun atau investasi yang lebih panjang, kamu bisa mempertimbangkan instrumen yang lebih berisiko tinggi seperti saham growth atau cryptocurrency, dengan catatan kamu sudah cukup paham dan berpengalaman dalam mengelola risiko.
Gunakan Aplikasi Investasi untuk Mempermudah
Agar lebih mudah memantau dan mengelola portofolio investasi, kamu bisa menggunakan aplikasi investasi yang terpercaya.
Membangun portofolio investasi yang tepat dimulai dengan mengenali diri sendiri terutama profil risiko dan menetapkan tujuan keuangan yang jelas.
Dengan mengetahui apa yang ingin dicapai dan berapa lama jangka waktunya, kamu dapat memilih instrumen investasi yang sesuai. (*)