GENERASI Z, atau yang sering disebut Gen-Z, telah menjadi sorotan sesepuh dengan persepsi negatif yang melekat.
Melihat tayangan Duzzle yang diunggah pada 30 November 2023, dijelaskan jika selain dari kelakuan kita yang terpapar luas di internet, ada juga banyak riset yang menunjukkan bahwa Gen-Z cenderung rentan terhadap depresi dan masalah mental.
Namun, mengapa Gen-Z selalu dicap sebagai generasi yang aneh? Siapa yang biasa menjawab ini?
Sebelum menjawab itu, mari kita tinjau apa itu generasi secara definitif. Generasi adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan tahun lahir, usia, lokasi, dan pengalaman historis yang mempengaruhi pertumbuhan mereka. Pengaruh sejarah dan teknologi pada setiap generasi sangat signifikan.
Melompat ke belakang, kita menemukan generasi Baby Boomers, yang lahir antara tahun 1940-an hingga 1960-an.
Mereka dikenal karena angka kelahiran yang meningkat pesat setelah Perang Dunia II.
Generasi X, yang mengikuti, muncul antara tahun 1961 hingga 1980. Mereka dianggap tidak memiliki identitas yang jelas dan mengalami ketidakpastian masa depan pasca-perang.
Selanjutnya, ada generasi Millennial, yang lahir antara tahun 1981 hingga 1994. Mereka dikenal sebagai generasi yang terbiasa dengan teknologi.
Lalu, masuklah kita ke Gen-Z, yang lahir setelah tahun 1995. Mereka dikenal dengan persepsi negatif, terutama karena keluhan-keluhan mereka di internet dan rentan terhadap masalah mental.
Namun, mengapa Gen-Z selalu dianggap aneh dan dianggap sebagai generasi paling lemah secara mental?
Salah satu alasannya adalah karena keluhan-keluhan mereka di internet, termasuk tentang pekerjaan yang dianggap terlalu berat, cibiran dari orang lain, dan masalah depresi yang sering muncul.
Namun, penting untuk diingat bahwa tumbuh kembang generasi dipengaruhi oleh lingkungan historis dan teknologi mereka.
Generasi Z tumbuh di era teknologi yang terus berkembang, di mana mereka sering diandalkan dalam hal teknologi.
Namun, para sesepuh seringkali menunjukkan ketidakpahaman terhadap era modern ini, yang terlihat dari sikap mereka terhadap perkembangan teknologi seperti ojek online dan pasar online.
Meskipun demikian, mengeluh bukanlah sikap yang hanya dimiliki oleh Gen-Z. Setiap generasi memiliki kekurangan dan sikap negatif yang universal.
Oleh karena itu, tidak adil untuk menggeneralisir sebuah generasi berdasarkan kekurangan mereka.
Jadi, apakah Gen-Z benar-benar generasi yang lemah secara mental? Tidak semuanya demikian.
Kelemahan ini dapat diubah jika mereka mau belajar dan memiliki tujuan yang baik.
Jadi, daripada terus menerima label negatif, penting bagi Gen-Z untuk keluar dari zona nyaman mereka dan memperkuat mental dan pikiran mereka.
Dalam kesimpulannya, tidak adil untuk menilai sebuah generasi hanya berdasarkan pada kekurangan mereka.
Setiap generasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Yang penting adalah bagaimana kita bisa belajar satu sama lain dan tumbuh bersama sebagai masyarakat yang lebih baik. (*)