Dibalik tuntutan netizen untuk memecat Shin Tae-yong, Timnas Indonesia berada di ujung kehancuran. Apakah keputusan ini akan membawa dampak positif atau justru merugikan tim dalam perjuangan Kualifikasi Piala Dunia 2026?
AyoBacaNews.co - Dibalik Tuntutan Netizen, Timnas Justru di Ujung Kehancuran? Setelah kegagalan di Piala AFF 2024, muncul seruan untuk memecat pelatih Shin Tae-yong.
Namun, apakah keputusan ini akan memberi dampak positif bagi Timnas Indonesia dalam perjuangannya di Kualifikasi Piala Dunia 2026?
Pelatih asal Malaysia, Raja Isa Raja Akram Shah, mengungkapkan bahaya pemecatan pelatih di tengah jalan dan dampaknya terhadap ekosistem sepakbola Indonesia. Apakah netizen benar dalam tuntutannya? Temukan ulasan lengkapnya di sini.
Setelah kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, muncul seruan dari netizen untuk memecat pelatih Shin Tae-yong. Namun, pelatih asal Malaysia, Raja Isa Raja Akram Shah, memperingatkan bahwa keputusan tersebut dapat membawa dampak negatif bagi tim.
Raja Isa menyoroti bahwa pemecatan pelatih di tengah jalan dapat merusak ekosistem sepakbola Indonesia yang telah dibangun.
Ia menyarankan agar netizen melihat secara menyeluruh semua pertandingan Timnas Indonesia U-22 di Piala AFF untuk memahami penyebab kegagalan tersebut.
Menurut Raja Isa, tantangan utama yang dihadapi adalah terbatasnya waktu persiapan dan kurangnya pengalaman pemain muda di tingkat internasional.
Ia menekankan bahwa Shin Tae-yong tidak dapat dengan mudah mengubah pemain muda menjadi tim yang hebat hanya dengan persiapan yang minim.
"Anak-anak muda ini adalah pemain terbaik yang dihasilkan dari pembinaan klub-klub Liga 1 Indonesia. Namun, Shin Tae-yong tidak dapat dengan mudah mengubah mereka menjadi tim yang hebat hanya dengan persiapan yang minim. Terlebih lagi, sebagian besar anggota Timnas Indonesia belum memiliki pengalaman bermain di level senior internasional," ujarnya.
Kekurangan yang paling mencolok, menurut Raja Isa, adalah sifat muda yang dimiliki oleh para pemain. Pemain muda umumnya masih kurang dalam hal kontrol emosi, yang dapat dimanfaatkan oleh lawan untuk mengalahkan Indonesia.
Raja Isa menegaskan bahwa pemecatan Shin Tae-yong akan sangat merugikan Indonesia dan membawa konsekuensi yang berat. Saat ini, Timnas Indonesia tengah berusaha keras dan memiliki peluang untuk lolos dari putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Keputusan akhir ada di tangan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Ia harus memilih antara mengikuti keinginan netizen atau tetap mempertahankan Shin Tae-yong demi peluang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026.
"Pemain muda umumnya masih kurang dalam hal kontrol emosi. Ini tentu memberikan dampak besar pada permainan. Dengan pengalaman yang terbatas dan kemampuan mengontrol emosi yang lemah, hal ini dimanfaatkan oleh lawan untuk mengalahkan Indonesia. Sebagai contoh nyata, Muhammad Ferarri terjebak dalam provokasi pemain Filipina yang berujung pada kartu merah," jelasnya.
Meskipun Shin Tae-yong tetap dipertahankan, itu tidak menjamin Timnas Indonesia akan lolos ke Piala Dunia 2026.
Hal yang sama juga berlaku jika ada pelatih baru yang menggantikan Shin Tae-yong. Mengganti pelatih di tengah kompetisi sering kali berdampak negatif.
Raja Isa memberikan contoh mengenai Arab Saudi yang mengganti pelatih Roberto Mancini dengan Herve Renard. Namun, hasilnya menunjukkan bahwa Herve Renard justru membawa tim tersebut kalah dari Timnas Indonesia.
Menurut Raja Isa, jika pergantian Shin Tae-yong terjadi, hal itu dapat merusak ekosistem sepakbola Indonesia yang telah mulai terbentuk di Timnas Indonesia, terutama setelah berhasil meloloskan semua level di Piala Asia. Pelatih baru yang akan datang justru bisa merusak ekosistem tersebut.
Dalam situasi ini, penting bagi semua pihak untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan yang diambil, demi kemajuan sepakbola Indonesia.(*)