AyoBacaNews.com - Diduga tak terima sering ditegur dilarang merokok di lingkungan pesantren, anak baru gede (ABG) "liwar" atau nakal nekad.
Pemuda 16 tahun itu tanpa pikir panjang tega membakar pesantren terpencil di Pamulihan, Kabupaten Sumedang.
Praktis, pesantren yang baru saja bersolek untuk acara khataman Al-quran dan kitab serta menyambut Idul Fitri, berubah menjadi arang hanya dalam hitungan dua jam.
Dengan kejadian tersebut, momen Idul Fitri yang seharusnya menjadi sukacita bagi umat Muslim, berubah jadi kesedihan.
Kejadian pembakaran pesantren oleh ABG liwar itu membuat terkejut keluarga besar pesantren, termasuk di dalamnya santri, pengasuh, dan warga sekitar.
Pondok Pesantren Awaliyatul Huda, Dusun Citali, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang sekarang hanya tersisa puing.
Bangunan semi permanen yang dibangun selama 3 tahun hasil gotong royong pihak pesantren dan masyarakat sekitar itu sama sekali tak bersisa.
Bangunan dilahap si jago merah kurang dari 2 jam saja, lantaran mayoritas bahan bangunan terbuat dari bahan mudah terbakar.
Sang pelaku LA 16 tahun benar-benar membuat pondok pesantren tersebut hangus tak bersisa dalam kejadian pembakaran pada pukul 04.30 WIB, Jumat, 5 April 2024.
Dari keterangan saksi, semua berawal saat pelaku yang merupakan pemuda di desa tetangga berkunjung ke kampung yang berada di dekat pesantren.
LA sebelum kejadian beberapa kali ditegur ustadz karena berani merokok pada siang hari saat bulan Ramadhan. Saat itu pesantren sedang ramai lantaran ada kegiatan belajar mengaajar.
Beberapa kali ditegur, LA sangat cuek bahkan melawan dengan tindakan bodohnya membakar pesantren.
LA mengaku kesal tidak terima lantaran ditegur ketika dirinya asyik menikmati sebatang rokok.
Pada pagi hari jelang makan sahur, LA kembali ke pesantren dengan membawa sebotol pertalite yang ia sembunyikan di bawah jok motornya.
LA tak langsung membakar pesantren. Dia sempat mengamati kondisi di sekitar pesantren.
Setelah LA merasa tidak ada yang berjaga, dirinya langsung mengambil botol berisi pertalite dan pemantik api.
LA menyiramkan bahan bakar kendaraan tersebut ke area bangunan, lalu membakarnya. Merasa sudah puas dengan melakukan pembakaran, LA langsung pergi begitu saja.
Saat api membakar pesantren, LA pulang ke rumah, yang diakuinya langsung tidur. Sementara santri terkejut dan beramai-ramai berupaya memadamkan api.
Santri, pengurus dan warga hanya bisa terdiam dan menangis melihat bangunan pesantren terbakar habis.
Sejak berdirinya pesantren yang terletak yang terletak di perbatasan dua kecamatan terpencil ini, warga sekitar memang begitu antusias. Sudah lama disana tidak ada tempat untuk menimba pendidikan agama yang memadai, terutama untuk anak-anak. Sehingga menurut pengakuan warga, kehadiran pesantren tersebut sangalah berpengaruh.
Mirisnya, menurut informasi dari saksi, sebelum hari kejadian para santri sudah membersihkan dan mendekor kobong mereka untuk menyambut acara khataman Al-Qur’an dan kitab.
Selain itu, juga dipersiapkan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Salah satu pengurus pesantren, Saeful Azhar (35) mengakui bahwa dirinya merasa begitu terpukul.
”Yang ada dipikiran saya saat itu mah, bagaimana nasib santri-santri disini, jangan sampai mereka putus mengaji” ujar Saeful.
Kerugian materi dari musibah ini disinyalir mencapai ratusan juta. Kerugian tersebut termasuk bangunan dua lantai, mushaf al-qur’an, kitab, alat sholat dan prasarana lain juga ikut terbakar. Besar harapan warga dan santri agar pesantren mereka bisa kembali dibangun.
Anda dapat mengambil bagian untuk membantu pembangunan kembali Pondok Pesantren Awaliyatul Huda dengan menyalurkan bantuan melalui https://sharinghappiness.org/pesantrendibakar Insya Allah bantuan yang anda berikan akan menjadi amal jariyah untuk bekal berjumpa Allah SWT. (*)